Selasa 15 Dec 2020 06:18 WIB

Di Tengah Pandemi, PT INKA Ekspor Lokomotif ke Filipina

3 lokomotif dan 15 gerbong penumpang INKA dikirim ke Philippine National Railways.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melakukan proses pemuatan lokomotif buatan PT INKA (Persero) ke dalam kapal untuk diekspor ke Filipina, di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (12/12/2020). Ekspor perdana tiga Lokomotif Diesel Hidrolik serta 15 gerbong kereta penumpang tersebut merupakan kelanjutan dari kontrak pengadaan kereta api antara PT INKA (Persero) dengan Philippine National Railways (PNR).
Foto: Antara/Moch Asim
Pekerja melakukan proses pemuatan lokomotif buatan PT INKA (Persero) ke dalam kapal untuk diekspor ke Filipina, di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (12/12/2020). Ekspor perdana tiga Lokomotif Diesel Hidrolik serta 15 gerbong kereta penumpang tersebut merupakan kelanjutan dari kontrak pengadaan kereta api antara PT INKA (Persero) dengan Philippine National Railways (PNR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi PT Industri Kereta Api (INKA) yang berhasil mengekspor produknya ke Filipina di masa pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan, produk dari industri nasional mampu kompetitif dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.

“PT INKA telah memproduksi lokomotif dan kereta penumpang yang memiliki performa tangguh dan berkualitas, serta membawa ragam fitur yang cukup menarik dan fungsional. Keunggulan inilah yang dimiliki oleh PT INKA, sehingga diminati dan menjadi daya tarik tersendiri bagi costumer mancanegara dan berhasil masuk ke dalam pasar ekspor,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (14/12).

Sebanyak tiga lokomotif dan 15 gerbong penumpang produksi PT INKA dikirim ke Philippine National Railways (PNR) dari Dermaga Jamrud, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Sabtu (12/12). Turut hadir mewakili Menperin saat itu, yakni Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier.

Agus mengatakan, industri alat transportasi merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. “Fokus pengembangan industri kereta api hingga 2035 yakni pengembangan kereta listrik untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor,” tuturnya.

Maka berbagai kebijakan strategis telah dijalankan oleh pemerintah, di antaranya terkait penggunaan produk dalam negeri, pengembangan komponen pendukung, peningkatan kompetensi SDM termasuk dalam hal pengembangan desain dan engineering, serta pemberian insentif. Berbagai fasilitas insentif yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri kereta api, antara lain tax holiday, mini tax holiday, tax allowance, pembebasan Bea Masuk, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), fasilitas National Interest Account (NIA), dan super tax deduction.

Menperin menambahkan, dalam mewujudkan kemandirian industri kereta api nasional, pihaknya juga mendorong implementasi industri 4.0 guna membangun sektor manufaktur yang berdaya saing global. “Melalui implementasi Industri 4.0, diharapkan proses produksi menjadi semakin efisien, produktivitas dan daya saing meningkat, serta nilai ekspor juga meningkat, dengan target Indonesia dapat mencapai 10 besar ekonomi global pada tahun 2030,” paparnya.

Taufiek menambahkan, industri kereta api dalam negeri saat ini telah tumbuh dan berkembang baik dari sisi kemampuan teknologi maupun bisnisnya. Dengan begitu, saat ini Indonesia memiliki industri manufaktur sarana kereta api terbesar di Asia Tenggara. 

 Kinerja gemilang yang ditorehkan PT INKA, misalnya pengiriman ekspor 2 Trainset Kereta Diesel Multiple Unit ke Filipina pada bulan Desember 2019, dan pengiriman ekspor 4 Trainset Kereta Diesel Multiple Unit ke Filipina pada Januari 2020. Lalu terselesaikannya kontrak ekspor 250 Kereta Penumpang ke Bangladesh pada September 2020, dan secara bertahap menyelesaikan 31 Trainset LRT Jabodebek milik PT Kereta Api Indonesia.

Ia melanjutkan, dalam memenuhi kebutuhan kereta api dalam negeri dan luar negeri, PT INKA telah menetapkan milestone pembangunan berkelanjutan, seperti joint venture dengan manufaktur kereta api asal Swiss, Stadler Rail. Kerja sama ini membuahkan investasi pembangunan pabrik di Banyuwangi dan pengembangan teknologi kereta api modern dengan total anggaran sebesar Rp 1,63 triliun.

Berikutnya, perjanjian bersama antara PT INKA dengan TSG Global Holdings dari Amerika Serikat dan Pemerintah Democratic Republic of the Congo untuk investasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan sarana moda transportasi di negara DRC (Congo). “Selain itu, komitmen PT INKA dengan Perusda Bali yang didukung oleh Islamic Development Bank untuk pengembangan transportasi tenaga listrik dikawasan wisata Bali,” ujar Taufiek.

Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan, pengapalan tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang itu merupakan ekspor terakhir ke Filipina. Sebelum itu, PT INKA menuntaskan pengapalan enam trainset kereta rel diesel (KRD).

Budi menjelaskan, enam kereta yang dikirim sebelumnya itu sudah beroperasi di Manila. INKA mengirim trainset untuk kereta penumpang jarak jauh. 

“Ekspor kereta buatan anak bangsa tersebut bukan kali pertama. Tahun ini, kami sudah menuntaskan pengapalan sejumlah rangkaian kereta penumpang ke Bangladesh,” ungkapnya.

PT INKA menargetkan bisa merambah pasar ke Afrika. “Potensi pasar Afrika sangat besar mengingat dalam waktu dekat akan ada African Belt Economy Development (ABED) yang menghubungkan antara Afrika bagian utara hingga selatan,” imbuhnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement