REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Taufan Rahmadi, Pemerhati Pariwisata Indonesia/Tim 10 Destinasi Pariwisata Prioritas & PIC Mandalika 2016-2018 Kemenpar RI
Berbicara tentang masa depan ataupun tren pariwisata 2021 terasa sangat berbeda saat ini, berbeda dikarenakan pariwisata global tengah berjuang bersama-sama untuk bisa pulih kembali dari Covid-19.
Semangat optimisme harus terus ditunjukkan oleh negara-negara yang selama ini menggantungkan devisanya dari sektor pariwisata dengan menyuarakan bersama percepatan pemulihan pariwisata dunia, yang dapat dimulai dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis terkait perbatasan antar negara yang diharapkan secara bertahap bisa mulai dibuka untuk menerima wisatawan berkunjung kembali.
Covid-19 telah menciptakan perubahan baru yang sangat siginifikan dalam pariwisata dunia, di mana kebebasan berwisata sudah tidak bisa sebebas dulu seperti di zaman sebelum pandemic, wisatawan tidak dapat berpergian tanpa mempertimbangkan kesehatan.
Para pelaku industri pariwisata harus menyadari perubahan ini, perubahan yang menghadirkan kebijakan–kebijakan baru dari pemerintah dan munculnya kesadaran terkait pentingnya standard global dalam pelayanan kesehatan dan kebersihan bagi wisatawan.
Kondisi ini menghadirkan peluang bagi para pelaku industri untuk bisa beradaptasi dan berinovasi dimana wisatawan bersedia membayar lebih untuk bisa menikmati layanan berwisata yang dapat mengurangi resiko terpapar Covid-19.
Sebelum COVID-19, menjelajahi kota yang ramai pasti menyenangkan , sebut saja aktifitas seperti berkunjung ke pasar, mall, menikmati makan malam di restauran yang penuh dengan pelanggan, dan mengunjungi tempat wisata sering kali menjadi ciri khas liburan yang memuaskan.
Tapi sayangnya berwisata dalam suasana keramaian dan kerumunan seperti dulu tidak bebas lagi dilakukan , justru sekarang bisa menjadi situasi yang memicu ketakutan dan kecemasan bagi banyak orang ataupun wisatawan.
Pasca Covid-19, wisatawan akan memilih destinasi wisata yang dirasa suasananya dapat lebih mudah untuk mempertahankan kondisi menjaga jarak sosial. Biro perjalanan dituntut untuk bisa kreatif didalam merancang rencana perjalanan yang menghindari transportasi umum dan obyek wisata yang ramai. Misalnya di dalam rencana perjalanan lebih difokuskan untuk mengunjungi obyek wisata yang terpencil dengan menggabungkannya dengan aktifitas bersepeda ( wisata olahraga ), spa ( wisata kesehatan ), ataupun Tadabur alam ( wisata spiritual ), yang mana wisatawan cenderung berada di zona yang minim kontak dengan orang lain.
Selanjutnya, Pariwisata yang dikembangkan haruslah pariwisata yang berkelanjutan, artinya dengan prinsip ini diharapkan akan lahirnya sebuah tanggung jawab sosial bersama antara wisatawan dengan penduduk lokal dalam hal , pertama, protokol kesehatan yang secara konsisten dijalankan dan yang kedua, bisa memberikan manfaat ekonomi untuk daerah obyek wisata.
Pada pasca Covid 19, wisatawan sangat membutuhkan fasilitas komunikasi yang membuat mereka bisa tetap terhubung dan mampu mengakses informasi secara cepat terkait rencana liburan mereka, dimana hal ini bisa menjadi kelebihan tersendiri bagi biro perjalanan jika mampu memberikan fasilitas tersebut, karena sebagaimana kita ketahui seringkali keadaan bisa cepat berubah dalam situasi Covid-19, wisatawan membutuhkan untuk diyakinkan oleh biro perjalanan dengan saran-saran yang memastikan mereka tetap berada di zona yang aman dari pandemik
Bepergian dalam grup adalah sesuatu yang menjadi favorit bagi orang-orang untuk berwisata, menikmati pengalaman unik, atau sebagai solusi untuk menghemat uang untuk perjalanan. Namun, pada tahun 2021, hal ini kemungkinan akan semakin jarang dilakukan. Bepergian dengan orang asing dalam grup wisata dianggap masih rentan resiko untuk terjadinya kluster baru dalam penularan covid-19.
Biro perjalanan yang selama ini kerap melayani tamu-tamu mereka dalam bentuk group tour harus mulai mencari solusi untuk bisa mempertahankan bisnisnya, salah satu cara untuk itu misalnya dengan merubah pola berwisata dengan group menjadi pola berwisata secara individu atau dalam jumlah yang lebih kecil.
Di masa depan, kita akan melihat bahwa popularitas dari suatu destinasi wisata akan sangat ditentukan oleh seberapa baik negara atau wilayah itu mengendalikan virus corona. Tindakan pencegahan yang ada, dan bagaimana wabah ditangani sejak awal akan mampu meyakinkan para wisatawan bahwa mereka akan aman selama berada di negara atau lokasi itu.
Sebaliknya jika penanganan corona di satu destinasi wisata ditangani dengan buruk dapat menyebabkan destinasi yang tadinya begitu populer ditinggal oleh wisatawan.
Oleh karena itu adalah sangat penting bagi biro perjalanan untuk memiliki banyak destinasi wisata yang bisa ditawarkan kepada tamu mereka jika terjadi kluster baru di sebuah destinasi wisata yang populer.
Perubahan tidak saja terjadi dalam destinasi wisata , tetapi juga mempengaruhi pada bagaimana cara orang melakukan perjalanan menuju dan dalam suatu destinasi. Contohnya, di dalam memilih maskapai penerbangan tidak lagi semata-mata didorong oleh harga, melainkan keputusan itu akan dipengaruhi oleh standar kebersihan, misalnya kewajiban menggunakan masker, jarak tempat duduk, dll. Sedang di dalam negeri, wisatawan lebih tertarik untuk memilih transportasi pribadi atau kereta api kelas bisnis sehingga mereka dapat tetap aman dan menghindari keramaian.
Bercermin dari tren pariwisata dunia diatas , masa depan pariwisata Indonesia akan sangat bergantung dari bagaimana kemampuan segenap stakeholder pariwisata di dalam bersatu untuk mengatasi kompleksitas tantangan yang terjadi di dalam menerapkan protokol destinasi. Menciptakan destinasi wisata yang bisa memenuhi standard global di era newnormal akan menempatkan destinasi – destinasi wisata di Indonesia sebagai destinasi wisata yang populer dan direkomendasikan oleh dunia untuk dikunjungi para wisatawan.
Sebagai sebuah usulan strategi untuk mempercepat pemulihan pariwisata Indonesia, ada 6 ( enam ) langkah strategis yang dapat direkomendasikan dalam jangka pendek untuk dilakukan :
1. Revamping Destination, menempatkan pembenahan destinasi sebagai prioritas utama pemulihan pariwisata.
2. Keep local & Domestic, Strategi marketing pariwisata di fokuskan pada meraih wisatawan lokal dan wisatawan domestik.
3. Halal Tourism as “ Vaccine “, Pengembangan Wisata Halal menjadi “Vaksin“ ( program ) unggulan di destinasi wisata pilihan di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bagi wisatawan.
4. Survival to Revival Program, Pemberian stimulus atau insentif bagi para pelaku pariwisata tidak berhenti pada tahapan untuk bertahan hidup tetapi terus ditingkatkan pada tahapan mendorong kebangkitan usaha pariwisata .
5. Travel Corridor, mempercepat kerjasama antar negara terkait kebijakan koridor perjalanan antara Indonesia dengan negara-negara yang dianggap sebagai originasi utama wisman ke Indonesia.
6. National Tourism Recovery Committee , pembentukan Komite Nasional Pemulihan Pariwisata Indonesia yang tugas utamanya adalah melakukan pengawasan, pendampingan dan menghadirkan terobosan - terobosan kebijakan terkait percepatan pemulihan pariwisata.
Tahun baru 2021 sebentar lagi akan tiba, diprediksi wisatawan lokal ataupun domestik akan membanjiri obyek-obyek wisata di daerah , kita berharap hal ini tetap berada dalam suasana pelaksanaan protokol kesahatan yang terlaksana dan terawasi dengan baik.
Mengejar target pendapatan dari sisi ekonomi jangan sampai melupakan protokol destinasi yang justru kekuatannya ada pada sinergi wisatawan dan stakeholder pariwisata dalam mencegah lahirnya kluster baru covid-19.
Salam Pesona “New Normal“ Indonesia, pariwisatanya sehat, bersih dan mensejahterakan. Amin YRA.