REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penemuan varian baru virus corona SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 di Inggris telah memicu kekhawatiran tentang keefektifan vaksin yang telah dikembangkan berbagai perusahaan farmasi dunia. Selagi penelitian dilakukan, sejumlah negara Eropa memutuskan menutup perbatasannya dengan Inggris.
Dr Susan Hopkins dari Public Health England (PHE) mengatakan vaksin harus memicu respons kekebalan yang luas. Oleh sebab itu, adanya mutasi virus tidak akan serta merta membuat vaksin tak bekerja.
Dia mengungkapkan saat ini penelitian terkait penemuan varian baru SARS- Cov-2 sedang dilakukan. Jawaban terkait keefektifan vaksin akan tersedia beberapa pekan mendatang.
"Kami menumbuhkan virus saat ini di Colindale dan Porton Down serta Imperial, dan dengan virus berkembang kita akan bisa melihat bagaimana virus itu dibunuh oleh orang yang pernah terinfeksi sebelumnya, dan juga orang yang sudah divaksin," kata Dr Susan, dikutip laman Sky News pada Ahad (20/12).
Sejauh ini, para ahli belum menemukan varian SARS-Cov-2 yang dapat membuat vaksin menjadi kurang efektif. Pada saat bersamaan, virus tersebut lambat bermutasi.
Peneliti dari University of Bologna Federico Giorgi pernah mengoordinasikan penelitian tentang strain Covid-19. Saat diwawancara Science Daily, dia mengatakan virus SARS-Cov-2 tampaknya sudah dioptimalkan untuk memberi dampak pada manusia. Hal itu menjelaskan mengapa tingkat evolusinya rendah.
"Ini berarti bahwa perawatan yang kita kembangkan, termasuk vaksin, mungkin efektif melawan semua jenis virus," ujar Giorgi.
Beberapa negara Eropa seperti Belanda, Jerman, dan Belgia telah menerapkan larangan perjalanan dari Inggris. Keputusan itu diambil menyusul ditemukannya varian baru SARS-Cov-2 di negara tersebut.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah mengakui bahwa varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukan di negaranya lebih mudah menyebar. Kehadirannya memicu peningkatan infeksi di London dan Inggris selatan.
Namun, Johnson menyebut belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona jenis baru itu lebih mematikan atau memicu penyakit lebih parah. Selain itu, belum ada analisis bahwa vaksin yang telah ditemukan akan kurang efektif melawannya.