Rabu 23 Dec 2020 07:21 WIB

Epidemiolog Ingatkan Risiko Pandemi di Masa Depan Masih Ada

Pemerintah diminta memperkuat sistem kesehatan untuk memitigasi pandemi di masa depan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Epidemiolog UGM Riris Andono menyarankan pemerintah memperkuat sistem kesehatan nasional. Selama ini, dia menilai pemerintah terbilang lambat melakukan respon cepat dalam pengambilan tindakan saat penanggulangan penularan pandemi Covid-19.

"Selama ini, sistem kesehatan kita hanya mengelola program yang sama dan terus berulang dari tahun ke tahun dengan proses birokrasi yang begitu panjang," kata Doni dalam Diskusi Tantangan Pencapaian SDGs di Masa Pandemi, Selasa (22/12).

Baca Juga

Doni merasa, pada masa mendatang akan lebih banyak ancaman krisis kesehatan yang mirip pandemi Covid-19. Karenanya, diperlukan sistem kesehatan yang jauh lebih baik dalam melakukan respons cepat penanggulangan penyakit pandemi semacam ini.

"Covid-19 bukan pertama dan terakhir, kemungkinan penyakit dengan potensi pandemi akan selalu datang mengancam, jika sistem kesehatan tidak dibenahi maka kita akan mengalami masalah dan kondisi yang sama," ujar Doni.

Ekonom UGM, Traheka Erdyas Bimanatya menilai, rencana vaksinasi belum menjamin pandemi berakhir dalam waktu dekat. Bila kondisi ini terus berlangsung, maka berdampak ketidakpastian ekonomi karena konsumen akan mengubah pola konsumsi.

Ia berpendapat, pelaku usaha akan memilih kebijakan bertahan hindari ancaman krisis. Pasalnya, masih ada rasa ketakutan dan ketidakpastian kepada pandemi Covid-19, sehingga orang-orang cenderung akan mencari rasa aman bagi dirinya.

Bima melihat, bila pandemi berlangsung hingga tahun depan masyarakat lebih banyak memilih menabung dibanding membelanjakan uang. Transaksi daring meningkat, kelas menengah kembali memakai kendaraan pribadi, dan pertemuan lebih banyak virtual.

"Dampaknya penurunan turisme, konser, olah raga, resto, bioskop dan konferensi. Bagi perusahaan perjalanan bisnis akan menurun, pelaku usaha enggan melakukan rekrutmen," kata Bima.

Belajar dari masa awal pandemi, konsumen akan cenderung melakukan investasi membeli logam mulia, melakukan stok makanan dan obat, menghindari bepergian jarak jauh. Jika berlarut, ia mengingatkan, pandemi Covid-19 akan mengubah pola konsumsi masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement