REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh mengundang penceramah Syekh Ali Jaber untuk mengisi tausyiah dalam Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh yang berlangsung pada Sabtu (26/12) di Stadion Harapan Bangsa, Kota Banda Aceh.
Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani, Jumat, mengatakan karena di tengah wabah Covid-19, maka Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh digelar secara sederhana, tamu undangan terbatas. Perintangan 16 tahun tsunami Aceh tahun ini mengusung tema “Refleksi Tsunami dan Kekuatan Masyarakat Aceh dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.”
"Karena sedang dalam keadaan pandemi Covid-19, maka Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh akan digelar secara sederhana melalui pendekatan daring dan luring dengan kegiatan tausiyah yang akan disampaikan oleh Syekh Ali Jaber," kata Rahmadhani di Banda Aceh.
Dia menjelaskan agenda utama Peringatan Tsunami Aceh pada 2020 di tengah Covid-19 ini meliputi tafakur dan tasyakur dalam bentuk doa, zikir bersama, santunan anak yatim dan tausiyah yang disampaikan Syekh Ali Jaber.
Lokasi utama acara peringatan akan berlangsung di Stadion Harapan Bangsa dengan tamu undangan sekitar 300 orang meliputi Forkopimda Aceh, DPR Aceh, bupati/wali kota dan beberapa pihak lain. Selain itu, juga kegiatan pemberian santunan kepada 100 anak yatim di Anjong Monmata, Komplek Pendopo Gubernur Aceh.
“Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh akan menerapkan protokol kesehatan secara ketat melalui prinsip 4M yaitu menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dan menghindari kerumunan,” katanya.
Selain itu, dia melanjutkan juga akan disediakan masker, hand sanitizer, desinfektan, sabun cair, alat pendeteksi suhu tubuh, tempat cuci tangan, tim medis, bekerja sama dengan pihak Satuan Tugas Penanganan COViD-19 dan tim keamanan.
Kepala Disbudpar Aceh Jamaluddin mengatakan. selama 16 tahun terakhir, Pemerintah Aceh bersama pemerintah pusat dan dukungan masyarakat internasional telah banyak melakukan berbagai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk membangun Aceh lebih baik pada berbagai sektor kehidupan masyarakat.
Menurut dia, hingga kini dampak buruk akibat bencana tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 masih melekat dalam ingatan korban yang selamat. Maka Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh menjadi media efektif dalam membangun semangat untuk selalu bangkit dan mendukung pembangunan Aceh pascabencana.
“Namun peringatan kali ini digelar bersamaan dengan terjadinya penyebaran virus corona, sehingga perlu dilakukan secara terbatas, tapi tidak mengurangi makna spiritual peringatan itu sendiri,” kata Jamaluddin.
Menurut dia, meskipun kejadian tsunami di Aceh telah menyisakan kenangan buruk bagi korban dan juga masyarakat Aceh lainnya yang tidak berdampak secara langsung, namun semangat masyarakat Aceh dari tahun ke tahun semakin membaik dan mampu bangkit kembali menyongsong kehidupan yang lebih baik secara ekonomi dan sosial budaya.
Pemerintah Aceh melalui Disbudpar bersama pihak terkait setiap tahun melaksanakan kegiatan peringatan tsunami sebagai wujud refleksi dan semangat untuk membangun Aceh kembali pascabencana melalui empat filosofi yaitu refleksi, apresiasi, mitigasi dan juga promosi Aceh.
Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh untuk merefleksikan kejadian tsunami yang maha dahsyat agar menjadi pelajaran bagi masyarakat Aceh, menyampaikan apresiasi kepada masyarakat nasional dan internasional atas segala dukungan dan solidaritas global untuk Aceh dan momentum untuk selalu membangun semangat mitigasi bencana, kata Jamaluddin.
“Peringatan ini juga menjadi penyemangat bagi masyarakat Aceh untuk menjaga peninggalan tsunami sebagai media pembelajaran dan sebagai destinasi wisata tsunami atau 'memory tourism' bagi wisatawan,” katanya.