Senin 28 Dec 2020 05:11 WIB

Waketum MUI: Konsep Berbangsa Harus Sesuai Karakter

Setiap orang harus bisa memahami karakter negaranya masing-masing.

Red: Ani Nursalikah
Waketum MUI: Konsep Berbangsa Harus Sesuai Karakter. Umat Muslim melaksanakan shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Syekh Abdul Manan, Islamic Center Indramayu, Jawa Barat, Jumat (31/7/2020).
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Waketum MUI: Konsep Berbangsa Harus Sesuai Karakter. Umat Muslim melaksanakan shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Syekh Abdul Manan, Islamic Center Indramayu, Jawa Barat, Jumat (31/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud mengatakan konsep berbangsa dan bernegara harus sesuai dengan karakter bangsa itu sendiri.

"Karakter Indonesia ya karakter Indonesia, mungkin berbeda dengan karakter di Timur Tengah, Malaysia, Maroko dan lainnya," kata dia saat diskusi lintas agama dengan tema "Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebhinnekaan", Ahad (27/12).

Baca Juga

Ia mengatakan setiap orang harus bisa memahami karakter negaranya masing-masing. Dalam hal itu pula, setiap warga negara harus tunduk dan patuh pada aturan atau sesuatu yang telah disepakati bersama.

Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat agar jangan mau dipecah-belah hanya karena melihat ada berbagai model berbangsa di negara lain. Sebab, hal itu belum tentu sama atau cocok dengan Indonesia yang pluralisme.

Ia mengatakan mulai dari berdirinya Indonesia, para kiai, ulama atau tokoh-tokoh bangsa sudah membahas apa yang paling cocok dengan nusantara. Oleh karena itu, bila ada yang meragukan dan bertanya apakah kondisi saat ini telah sesuai dengan keagamaan masing-masing, maka jawabannya sudah.

Menurut dia, bila dalam perjalanannya terdapat kekurangan atau kekeliruan maka tugas masyarakat ialah meluruskannya. Sebenarnya, masyarakat bisa meniru konsep yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mendirikan Madinah. Di Madinah terdapat masyarakat dari berbagai latar belakang berbeda. Ada Islam, Nasrani, Yahudi hingga Majusi, kelompok masyarakat yang menyembah api.

"Jadi ketika sudah ada contoh dari Nabi Muhammad SAW mendirikan Madinah dengan agama yang berbeda-beda seperti Indonesia, maka itu dikumpulkan atau disatukan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement