Senin 11 Jan 2021 14:18 WIB

Harga Kedelai di Tasikmalaya Masih Tinggi

Untuk menyiasati kenaikan kedelai, perajin memperkecil ukuran produksi tempe dan tahu

Rep: Bayu Adji/ Red: Nidia Zuraya
Perajin membuat tempe berbahan kedelai lokal di industri rumahan. ilustrasi
Foto: FIKRI YUSUF/ANTARA
Perajin membuat tempe berbahan kedelai lokal di industri rumahan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tasikmalaya mengadakan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah distributor kedelai di daerah itu. Sidak dilakukan untuk mencari tahu penyebab kenaikan harga bahan baku pembuatan tahu dan tempe tersebut.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan, Kota Tasikmalaya, Firmansyah mengatakan, berdasarkan hasil sidak yang dilakukan, stok kedelai di distributor masih relatif tersedia. Namun, harga jual kedelai di distributor masih tinggi, yaitu Rp 9.000 per kilogram.

Baca Juga

"Harga juga di sana (distributor) sudah 9.000. Sementara dalam Permendag tentang harga dasar, harga kedelai impor itu aturannya masih 6.800 per kilogram," kata dia di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Senin (11/1).

Artinya, menurut Firman, harga kedelai yang saat ini beredar di pasaran sudah jauh melebihi aturan. Namun, ia tak bisa serta-merta menyalahkan distributor yang menjual kedelai kepada para perajin tahun dan tempe dengan harga tinggi.

Ia memastikan, tak ada indikasi penimbunan stok kedelai di gudang distributor. Hanya saja, harga yang melambung dari penyuplai menjadi masalah.

Ia menjelaskan, berdasarkan catatan distributor yang diperiksa oleh tim, kedelai dari didapatkan dari penyuplai sudah dalam harga yang di atas aturan. Distributor mendapatkan kedelai dari penyuplai dengan harga Rp 8.700 per kilogram. Karenanya, dari pengakuan distributor, mereka mau tak mau menaikkan harga jual agar mendapat keuntungan.

"Ketika ditanya kenapa harga naik, distributor mengatakan harga beli dari supplier sudah 8.700 (per kilogram). Itu harus kita cek apa benar segitu," kata dia.

Firman mengatakan, dari informasi yang diterimanya, saat ini memang ada pembatasan pasokan kedelai impor dari Amerika Serikat. Sebab, saat ini Amerika Serikat lebih mengutamakan pasar Cina untuk ekspor kedelai. Akibatnya, pasokan kedelai ke wilayah Asia lainnya dibatasi. Dampaknya, secara nasional harga kedelai mengalami kenaikan.

"Namun, kita akan cek apa karena impor terbatas atau dari supplier yang harga tinggi. Polisi juga akan melakukan kajian, apakah ini sudah melanggar Permendag atau tidak," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement