Senin 11 Jan 2021 19:12 WIB

Pembagian Hati di Mata Ibnu Qayyim

Ada berbagai macam pembagian hati menurut Ibu Qayyim.

Pembagian Hati Dimata Ibnu Qayyim
Foto: ©wallpaper.com
Pembagian Hati Dimata Ibnu Qayyim

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Deri Adlis

Dalam buku Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Syetan, Ibnu Qayyim Al-Jauziah membagi hati menjadi pada tiga bagian. Pertama, hati yang sehat, yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai perbuatan yang menyalahi ketentuan yang telah ditetapkan Allah, bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan dengan berita-Nya. 

Baca Juga

Hati ini dikenal dengan istilah qalbun salim. Seseorang tidak akan selamat di hari kiamat jika tidak memiliki hati ini kecuali dengan izin Allah. Sebagaimana firman Allah; “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tiada lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara’: 88-89).

Para ulama berbeda pendapat dalam memahami makna qalbun salim. Namun dari perbedaan, tersebut dapat dipahami inti dari makna qalbun salim yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah dan Rasul.

Ia bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan serta selamat dari perbuatan melakukan penghambaan kepada selainNya. Ia juga selamat dari pemutusan hukum oleh selain yang telah ditetapkan Rasul-Nya, serta bersih dalam mencintai berpengharapan dan bertawakal kepad Allah. Inilah hakikat penghambaan (ubudiyah) yang tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah semata.

Jadi, qalbun salim adalah hati yang selamat dari menjadikan sekutu untuk Allah dengan alasan apa pun. la hanya mengikhlaskan penghambaan dan ibadah kepada Allah semata, baik dalam kehendak, cinta, tawakal, inabah (kembali), merendahkan diri, khasyyah (takut), raja'(pengha-rapan), dan ia mengikhlaskan amalnya untuk Allah semata.

Jika ia mencintai maka ia mencintai karena Allah. Jika ia membenci maka ia membenci karena Allah. Jika ia memberi maka ia memberi karena Allah. Jika ia menolak maka ia menolak karena Allah.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement