REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jabar, Ridwan Kamil bersama Forkopimda meninjau kesiapan rumah sakit darurat Secapa AD, Selasa (12/1). Menurutnya, rumah sakit ini dibuat karena semua komite penanggulangan Covid 19 sudah setuju semua terletak di Secapa AD Hegarmanah Bandung.
"Alhamdulillah fasilitas ini diberikan Kasad karena itu saya ucapkan terima kasih kepada Jenderal Andika beserta jajaranya, Mayjen Feri selaku komandan Secapa yang sudah menyiapkan tempat istimewa ini dalam rangka kesiapan kita dalam penanggulangan Covid 19," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Menurut Emil, keberadaan RS Darurat ini dibutuhkan karena bed occupancy ratio di Jabar memang sedang meningkat walaupun sepekan ini sudah agak menurun sedikit. "Total ada 180 untuk (kapasitas, red) pasien. Pasien yang masuk ke sini kriterianya adalah pasien covid-19 yang gejala ringan, tapi tentu ada prosedur nanti di IGD dan pendaftaran untuk cek final," katanya.
Emil mengatakan, dokter dan perawat yang ada di RS Darurat Secapa AD berjumlah 32 orang. Sementara, dokter didatangkan dari rumah sakit Dustira angkatan darat di Cimahi sehingga rumah sakit pembinanya adalah Dustira Cimahi. "Nah komite penanganan covid sedag menyiapkan prosedur karena RS ini bukan hanya untuk wilayah Bandung saja ya," katanya.
Menurut Emil, RS Darurat Secapa AD ini selain untuk Bandung Raya, juga minimal untuk wilayah priangan. Misalnya Tasik, Garut, kabupaten Bandung dan sebagainya."Yang mengalami tekanan seperti di Kota Tasikmalaya, itu dipersilakan datang ke sini dengan fasilitasi transportasi dari kami secara gratis," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kesiapan RS Darurat ini dicek oleh pihaknya karena standard pengamanan Covid 19 adalah hal yang sangat khusus. Setelah mendengarkan pemaparan, Emil juga melihat langsung tempatnya yang sangat memadai penuh dengan cahaya matahari dan pepohonan."Sehingga harusnya orang yang ke sini sembuhnya lebih cepat karena suasananya rileks," katanya.
Menurut Emil, setelah mengecek kesiapan RS Darurat Secapa AD ini, ia memiliki beberapa catatan. Yakni, karena pasien yang datang ke sini imunitas harus naik dengan kegembiraan, maka ia titip ke pengelola agar membuat berbagai acara kreatif yang bisa membuat pasien tertawa dan bahagia."Saya titip, supaya ada kegiatan outdoor, olah raga atau apalah tapi tetap dengan jaga jarak dan lain lain sehingga naik imunitasnya," katanya.
Kemudian, kata Emil, ia mengusulkan juga agar internet segera dipasang. Karena, pasien pasti semua punya hape jadi biar tak bosan. "Kita kasih WiFi gratis di sini tapi dinasehati yang diakses adalah hal hal yang positif, yang baik," katanya.
Terkait keterisian rumah sakit di Jabar, Emil mengatakan, pemerintah pusat menghitung bed occupancy ratio itu hanya rumah sakit. Kalau hanya rumah sakit bed occupancy ratio Jabar itu 77-an persen. "Tapi kalau digabung dengan non rumah sakit seperti bpsdm di Cimahi , dan fasilitas fasilitas non rumah sakit itu ada di 60 persenan," katanya.
Jadi, kata dia, sebenarnya secara nyata pasien Covid yang dirawat di Jabar itu keterisian hanya 60 persen kalau digabung antara rumah sakit 'beneran' dan rumah sakit darurat dan gedung non rumah sakit untuk karantina. "Makanya kita ini statusnya oranye, sementara provinsi kiri kanan kita semuanya merah," katanya.