REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahayu Subekti, Antara
Pencarian jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 terus berlanjut di hari keempat. Penyelam Korps Kepolisian Air dan Udara Badan Pemeliharaan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korpolairud Baharkam Polri) terus mencari hingga batas jarak pandang di bawah air.
"Kita akan maksimalkan bergantian sampai keadaan di bawah air itu sampai gelap," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Polisi Yassin Kosasih di atas Kapal Polisi (KP) Bisma 8003 di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (13/1).
Yassin mengatakan jarak pandang di bawah air saat ini sekitar lima meter. Sehingga masih bisa dilakukan penyelaman untuk pencarian jenazah korban.
"Kita akan maksimalkan sampai jarak pandang masih terlihat. Jarak pandang di air masih sekitar lima meter kita masih mampu melakukan penyelaman," tambahnya.
Yassin menyebutkan penyelam menghadapi hambatan kecepatan angin pada misi pencarian jasad korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air. Hambatan tapi tidak menjadi kendala, tim terus mengutamakan pencarian jenazah.
"Kita fokus untuk mencari korban, karena kami yakin keluarga korban sedang menunggu. Jadi kami fokus kepada korban," ujarnya.
Pada hari keempat pencarian, Korpolairud menerjunkan 30 penyelam serta tambahan beberapa penyelam dari Direktorat Polisi Air Polda Banten serta Polda Jawa Barat. Untuk teknis pencarian dilakukan secara bergantian, gelombang pertama terdiri atas tiga tim dengan total 30 penyelam dengan kurun waktu satu jam penyelaman.
Salah seorang penyelam pencari korban pesawat Sriwijaya Air Bripka Jefry Manik Bintara Unit (Banit) SAR Polisi Perairan dan Udara Polda Banten mengatakan kendala di lapangan ialah jarak pandang dan arus air yang cukup kuat terutama di atas. "Jarak pandang itu maksimal satu meter di kedalaman 18 hingga 20 meter," katanya.
Bahkan, di beberapa titik dipenuhi lumpur sehingga menyulitkan proses pencarian korban. Di samping itu, jika dipaksakan mendekat ke dasar maka semburan lumpur akan naik sehingga mengganggu penglihatan.
Polisi air yang ikut dalam pencarian tiga warga negara asing (WNA) yang hilang di perairan Pulau Sangiang pada November 2019 itu bercerita pengalaman dan kesiapan mental serta kesehatan berpengaruh saat misi kemanusiaan. Bagi penyelam yang sudah beberapa kali menyelam mencari korban di laut lepas, biasanya lebih tenang dibandingkan dengan pemula. Bahkan, secara pribadi ia juga mengalaminya.
Salah satu hal yang membuat kepanikan ialah bila bertemu korban di dasar laut. Baik dalam kondisi utuh maupun tidak. Sebagai petugas, ia mengatakan pencarian korban merupakan misi kemanusiaan sehingga berharap besar bisa menemukan mereka dalam kondisi apapun.
Kepala Kantor Search dan Rescue (SAR) atau Pencarian dan Pertolongan Pontianak, Yopi Haryadi, menginformasikan kepada pihak keluarga korban hari ini telah ditemukan sebanyak 74 kantong jenazah. "Informasi yang kami dapat, pencarian yang dilakukan tim gabungan di lokasi kejadian hingga saat progresnya cukup baik. Pada pukul 11.00 WIB para petugas pencari telah menemukan beberapa bodypack dan properti milik korban," kata Yopi Haryadi di Pontianak.
Hal itu diungkapnya kepada pihak keluarga korban yang ada di wilayah Kalbar saat melakukan pertemuan di Crisis Center yang ada di Aula Angkasapura II Bandara Internasional Supadio, Pontianak. Semua temuan itu kata Yopi, akan dikumpulkan dan diidentifikasi, setelah itu temuan itu akan diserahkan ke Posko dan baru akan dirilis.
"Tim pencari memang saat ini fokus utama untuk mencari korban, namun tidak kalah penting juga sebagian tim pencari juga dikerahkan untuk segera mengangkat black box atau kotak hitam," katanya.
Kepala SAR Pontianak berharap dan mengimbau kepada pihak keluarga korban untuk tetap mendapat informasi yang valid tentang perkembangan pencarian dan penanganan musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya ini.
Maksud dia agar informasi yang didapat benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan tidak membuat pihak keluarga menjadi bingung. "Kami akan selalu memberikan informasi kepada pihak keluarga korban tentang perkembangan pencarian dan penanganan ini," katanya.
Crisis Center Sriwijaya Air SJ-182 yang ada di Aula Angkasapura II Bandara Internasional Supadio akan selalu merilis setiap ada perkembangan terbaru. Sebelum dirilis kepada awak media, pusat krisis itu terlebih dahulu memberitahukan perkembangan tersebut kepada keluarga korban.