Selasa 12 Jan 2021 19:37 WIB

Uni Eropa: Iran Harus Setop Pengayaan Uranium 20 Persen

Penghentian perlu dilakukan jika Iran ingin selamatkan perjanjian nuklir 2015.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pria berjalan dengan latar mural bendera Iran.  Pemerintah Iran berencana untuk memperkaya uranium hingga 20 persen di fasilitas nuklir bawah tanah Fordo secepat mungkin.
Foto: EPA
Pria berjalan dengan latar mural bendera Iran. Pemerintah Iran berencana untuk memperkaya uranium hingga 20 persen di fasilitas nuklir bawah tanah Fordo secepat mungkin.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mengatakan, Iran harus menarik kembali keputusan mereka meningkatkan pengayaan uranium dan memberikan kesempatan pada diplomasi internasional. Hal itu dilakukan bila Teheran ingin menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

"Inisiasi meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen yang dilakukan Iran di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar di bawah tanah, telah menjadi perkembangan yang sangat serius dan masalah yang sangat dikhawatirkan," kata blok 27 negara anggota itu dalam pernyataan mereka, Selasa (12/1).

Baca Juga

"Pada titik kritis ini, tindakan Iran juga menimbulkan risiko terhadap upaya yang bertujuan membangun proses diplomatik yang sudah ada, kami mendesak Iran untuk menahan diri dari eskalasi lain lebih lanjut dan menarik tindakan ini secepatnya," tambah Uni Eropa.

Pekan lalu Iran mulai mendorong rencana untuk meningkatkan pengayaan uranium di pabrik nuklir Fordow yang terletak di bawah tanah hingga 20 persen. Tingkat pengayaan uranium Iran sebelum Teheran membuat kesepakatan JCPOA dengan lima kekuatan dunia.

Kepala lembaga pemantau atom global mengatakan pemimpin-pemimpin dunia dan Iran memiliki waktu beberapa pekan bukan bulan untuk menyelamatkan JCPOA setelah Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilantik 20 Januari mendatang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement