Kamis 14 Jan 2021 05:14 WIB

KNKT Minta Keluarga tak Percaya Analisis di Media Sosial

KNKT akan membuat laporan yang detail dan menyeluruh setelah proses investigasi.

Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memotret bagian dari puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang ditemukan penyelam TNI AL di atas KRI Rigel-933 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Petugas SAR gabungan pada hari kelima masih tetap melakukan pencarian dari puing dan korban dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu (9/1) lalu.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
[Ilustrasi] Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memotret bagian dari puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang ditemukan penyelam TNI AL di atas KRI Rigel-933 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Petugas SAR gabungan pada hari kelima masih tetap melakukan pencarian dari puing dan korban dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu (9/1) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono memohon keluarga penumpang dan awak Sriwijaya Air SJ-182 untuk tidak begitu saja mempercayai analisa yang beredar di media sosial. Permohonan disampaikan ketika KNKT dan Sriwijaya Air menemui keluarga penumpang dan awak pesawat SJ-182, pada Selasa (12/1).

Pertemuan tersebut untuk menginformasikan perkembangan proses investigasi, penyebab terjadinya musibah kecelakaan pesawat SJ-182. "Data yang beredar (luas di medsos) harus divalidasi, harus dicek sumber dan kebenarannya. Data yang beredar belumlah divalidasi. KNKT hanya akan memberikan pernyataan berdasarkan hasil pemeriksaan kotak hitam," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (13/1). 

Baca Juga

Ketua KNKT mencontohkan soal kecepatan pesawat dalam satu detik berubah menjadi 50 knot. “Hal ini tidaklah benar. Bahkan mobil balap saja tidak secepat itu," ujarnya.

Soerjanto mengimbau agar spekulasi-spekulasi semacam itu tidak perlu disebarluaskan. “Karena tidak benar,” ujarnya.