REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Sesekali saya mengunjungi kwartet jenderal sepuh. Sisa-sisa generasi 1945. Usianya sudah di atas 90 tahunan. Mereka adalah Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono (92 tahun), Letjen TNI (Purn) Rais Abin (94 tahun), Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo (93) tahun, dan Letjen TNI (Purn) Soerjo Wirjohadipoetro (91 tahun).
Bagi saya, beliau-beliau itu merupakan perpustakaan hidup. Kebetulan mereka memiliki kualifikasi yang berbeda. Rais Abin dikenal sebagai jenderal diplomat. Ia pernah bertugas sebagai Panglima Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timur Tengah (1976-1979), Sekretaris Jenderal Konferensi Tingkat Tinggi (Sekjen KTT) Non-Blok, duta besar di beberapa negara sahabat, serta berbagai jabatan lainnya.
Sampai saat ini, Rais Abin merupakan satu-satunya jenderal Indonesia yang pernah memimpin pasukan internasional (PBB). Dalam misi perdamaian yang beranggotakan ribuan tentara dari banyak negara di dunia. Kini, ia masih menjadi Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan masih sehat.
Soerjo Wirjohadipoetro, terakhir saya temui di rumahnya pada akhir 2018. Dia merupakan tipe jenderal keuangan. Pernah menjadi asisten pribadi (aspri) bidang keuangan Presiden Soeharto (1966-1974). Pernah juga menjadi Dirut PT Hotel Indonesia. Ya, dia lah bendahara Presiden Soeharto.
Wijoyo Suyono, terakhir sebagai Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dengan pangkat jenderal penuh, bintang empat. Kami masih sering kontak melalui telepon. Terakhir jumpa sebelum pandemi Covid-19 di rumahnya.
Wijoyo adalah mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang disebut Komando Pasukan Khusus (Kopassus), menggantikan Sarwo Edhie Wibowo. Dikenal sebagai jenderal tempur.
Pernah satu kali, saya mencarinya hingga ke Jawa Timur. Bertemu di Taman Safari Prigen, Pasuruan. Sambil menikmati satwa-satwa, sang jenderal menceritakan banyak kisah menarik dan rahasia. "Kamu juga wartawan langka yang mau berteman dengan kami, Nak."
Terakhir adalah Sayidiman Suryohadiprojo. Bekas Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Masih aktif menulis dan memberikan pandangannya.
Sayidiman dikenal sebagai tipikal jenderal intelektual. Kalau saya berjumpa di rumahnya, sang jenderal justru memberikan sejumlah pertanyaan terlebih dahulu. Seperti tes, apakah saya paham tentang masalah-masalah militer atau tidak.
Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno (85 tahun) merupakan anak didiknya. Sayidiman pernah menjadi Komandan Resimen Taruna untuk dua akademi militer di Bandung dan Magelang. Pikirannya masih jernih saat menganalisis peristiwa terkait dengan pertahanan keamanan negara.
Walau saya sipil dan wartawan, mereka adalah guru-guru saya. Mereka membekali saya dengan pengetahuan-pengetahuan militer era 1945 hingga kini. Sayang selama pandemi Covid-19 ini, saya tidak bisa bersilaturahim ke rumah-rumah jenderal sepuh tersebut.
Hari Sabtu (16/1/2021), saya mendapat kabar, Pak Sayidiman wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Saya kehilangan narasumber langka. Selamat jalan Jenderal Sayidiman. Terima kasih untuk pengabdianmu yang panjang bagi Nusa, Bangsa, Negera, dan Agama sejak menjadi taruna Akmil di Yogyakarta (1945-1948).
Selamat bertemu dengan Panglima Tertinggi sesungguhnya, Allah SWT. Semoga husnul khotimah.