Senin 18 Jan 2021 21:07 WIB

Antisipasi Hoaks, BMKG Pasang Diseminasi Informasi di Sulbar

Setiap kejadian bencana pasti muncul simpang siur berita yang menimbulkan keresahan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kanan) berdialog dengan para pengungsi gempa bumi di kompleks Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1). Dwikorita menjelaskan kepada warga untuk tidak mempercayai isu hoaks yang seolah menyebutkan BMKG menginstruksikan warga untuk melakukan eksodus meninggalkan Mamuju sesegera mungkin.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kanan) berdialog dengan para pengungsi gempa bumi di kompleks Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1). Dwikorita menjelaskan kepada warga untuk tidak mempercayai isu hoaks yang seolah menyebutkan BMKG menginstruksikan warga untuk melakukan eksodus meninggalkan Mamuju sesegera mungkin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana gempa bumi berkekuatan hingga magnitudo (M) 6,2 mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar) berturut-turut pada Kamis (14/1) hingga Jumat (15/1) pekan lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memasang perangkat diseminasi informasi gempa di Mamuju dengan tujuan segera mendapatkan informasi.

"BMKG telah memasang perangkat informasi diseminasi yang ada di sini sehingga rekan-rekan yang ada di sini akan mendapatkan informasi sesegera mungkin. Kurang lebih dua atau tiga menit setelah kejadian gempa bumi kemudian informasi itu bisa diterima di sini dan harapan kami bisa menjadi acuan atau memberikan informasi ke masyarakat di Mamuju dan sekitarnya," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono saat konferensi virtual BNPB update Gempa di Sulbar, Senin (18/1).

Ia menegaskan, pemasangan informasi ini dilakukan oleh BMKG karena setiap kejadian bencana pasti muncul simpang siur berita yang kemudian menimbulkan keresahan di masyarakat. Masyarakat menjadi panik dengan informasi kejadian gempa bumi yang dibumbui isu hoaks dan kemudian ada guncangan sedikit saja pasti akan membuat resah masyarakat. 

"Harapan kami dengan informasi yang kami pasang di sini bisa mendapatkan informasi langsung dari BMKG dan secepat itu diterima di sini dan dapat digunakan sebagai acuan, misalnya gempa yang berpotensi tsunami sehingga itu menjadi acuan atau mampu untuk menenangkan masyarakat supaya tidak panik," ujarnya.

Hingga kini BMKG mengaku terus memonitor gempa susulan. Kini, ia menyebut tren gempa susulan sudah sangat jarang. Ia menjelaskan, setiap kali kejadian gempa besar dan merusak selalu diikuti energi pelepasan gempa susulan. Namun intensitas gempa susulan lama kelamaan akan menurun, pada akhirnya berhenti, diharapkan segera berakhir, dan Mamuju kembali normal. 

"Dalam jangka beberapa waktu ke depan insya Allah sudah normal. Sebab, untuk kembali terjadi gempa lagi butuh beberapa tahun lagi," katanya.

Tak hanya itu, dia melanjutkan, BMKG juga memasang peralatan untuk melakukan perhitungan percepatan tanah di sekitar Mamuju. Selain itu, BMKG juga telah melakukan pemetaan sebaran kerusakan karena pihaknya telah mengkroscek informasi peta guncangan yang dirilis.

"Kami sampaikan peta guncangannya itu apakah sebaran kerusakan di zona area intensitas MMI sampai 6 MMI yaitu zona terjadi kerusakan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement