REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan ratusan warga di pedalaman Kabupaten Aceh Timur terpaksa harus mengungsi. Pasalnta, banjir yang dipicu curah hujan tinggi merendam rumah warga di sejumlah gampong atau kelurahan/desa.
“Akibat hujan dengan intensitas tinggi, sehingga air sungai di Kecamatan Birem Bayeun meluap. Ketinggian banjir yang merendam rumah penduduk mencapai 80 sentimeter,” kata Kepala Pelaksana BPBA Ilyas di Banda Aceh, Rabu (20/1).
Ilyas menjelaskan, banjir terjadi di Gampong Alur Nyamuk, Paya Bili Satu dan Paya Bili Dua di Kecamatan Birem Bayeun. Selain itu, juga di Gampong Pante Kera dan Gampong Batu Sumbang di Kecamatan Simpang Jernih dengan ketinggian air 20-80 sentimeter yang merendam ratusan unit rumah warga.
Akibat peristiwa itu, kata dia, data sementara korban terdampak sebanyak 595 jiwa (185 kepala keluarga) di Kecamatan Birem Bayeun. Sementara di Kecamatan Simpang Jernih 290 jiwa (103 kepala keluarga/KK).
“Pengungsi di Kecamatan Birem Bayeun 85 jiwa (25 KK). Mereka memilih mengungsi ke titik aman, seperti rumah tetangga. Sedangkan pengungsi di Kecamatan Simpang Jernih 120 jiwa (50 KK),” katanya.
Petugas BPBD Aceh Timur, kata Ilyas, masih terus melakukan pendataan warga yang terdampak dan mengungsi akibat banjir tersebut.
"Saat ini debit air terus bertambah di beberapa lokasi,” kata Ilyas.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Aceh Timur Ashadi mengatakan pihaknya telah meminta pihak kecamatan untuk segera menyediakan logistik dan dapur umum bagi masyarakat terdampak banjir. Tim satuan tugas juga terus memantau perkembangan banjir di pedalaman Aceh Timur.
"Kami juga mengingatkan masyarakat waspada, apalagi kondisi banjir terus meluas," kata Ashadi.
Sebelumnya, data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBA hingga Senin (18/1) menunjukkan bahwa sepanjang 2021, banjir menjadi bencana yang paling dominan terjadi di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu. Banjir dipicu curah hujan dengan intensitas tinggi.
Pusdatin BPBA mencatat terjadi 44 kejadian bencana, dengan rincian banjir 18 kali kejadian, termasuk sekali banjir bandang, 11 kali longsor dan sembilan kali kebakaran, dua kali kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), tiga kali pertiwa angin puting beliung, serta satu kali banjir dan longsor.