Jumat 22 Jan 2021 04:32 WIB

Pemkot Bekasi Minta Harga Daging Sapi Kembali Normal

Para pengusaha kuliner berbahan dasar daging juga turut terdampak langkanya daging

Los daging tampak kosong akibat aksi mogok pedagang di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok jualan mulai Rabu hingga Jumat (22/1) sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas tingginya harga daging sapi yang sudah berlangsung sejak akhir 2020. Saat ini harga daging sapi mencapai sekitar Rp130 ribu per kilogram.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Los daging tampak kosong akibat aksi mogok pedagang di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok jualan mulai Rabu hingga Jumat (22/1) sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas tingginya harga daging sapi yang sudah berlangsung sejak akhir 2020. Saat ini harga daging sapi mencapai sekitar Rp130 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI--Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat meminta pemerintah kembali menormalkan harga daging di pasaran agar masyarakat tetap dapat mengonsumsi daging dengan harga terjangkau. "Kami berharap pemerintah segera menormalkan kembali pasokan serta harga daging di pasar karena yang terjadi saat ini sangat berdampak bagi seluruh warga, termasuk warga Kota Bekasi," kata Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahjono saat meninjau Pasar Baru di Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kamis (21/1).

Tri mengatakan tingginya harga daging di pasaran saat ini menyebabkan aktivitas perekonomian masyarakat terganggu terutama para penjual daging yang melakukan aksi mogok berjualan.

Selain penjual daging, para pengusaha kuliner berbahan dasar daging juga turut merasakan dampak sulitnya mencari pasokan daging di pasar. "Di situ ada pedagang bakso, warung sop iga, sate, sampai rumah makan juga ikut kena imbasnya. Karena daging merupakan salah satu komoditas kebutuhan rumah tangga yang kerap dikonsumsi masyarakat," ucapnya.

Pihaknya mengaku akan mencoba mendorong ke pemerintah pusat terkait permasalahan tersebut. Jika tidak ditemukan solusi, setidaknya mencoba mencari alternatif lain. "Saya juga belum mengetahui penyebab terjadinya kelangkaan serta lonjakan harga daging di pasaran. Akan kita coba cari tahu dulu," katanya.

Sementara perwakilan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia Cabang Kota Bekasi Abdullah yang ditemui Tri mengatakan aksi mogok dagang yang dilakukan atas dasar tingginya harga modal dari pemasok atau distributor daging ke penjual daging.

Di saat normal, kata dia, dengan menjual daging seharga Rp110 ribu per kilogram, para pedagang daging sudah mendapat keuntungan namun kini dengan harga hingga Rp 125 ribu pun pedagang tidak mendapat untung.

"Kita tidak berani belanja daging ke pemasok karena menurut kami harga daging sekarang tidak masuk di pasaran, momen hari raya saja kita jual Rp120 ribu tapi masih ada keuntungan, tapi sekarang kita jual Rp125 ribu pun masih tidak dapat keuntungan. Kita juga tidak mungkin menjual ke konsumen di atas harga Rp125 ribu," katanya.

Ketua Asosiasi Pedagang Bakso se-Kota Bekasi Yanto mengatakan pihaknya juga turut merasakan dampak tingginya harga jual daging di pasar. "Ya kalau pedagang daging pada mogok, kita mau cari daging kemana. Kalaupun ada, dengan harga segitu sudah pasti omzet kita turun drastis, malah bisa jadi merugi," kata dia.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement