REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh Faozan Amar, Direktur Eksekutif Al Wasath Institute dan Dosen FEB UHAMKA
Januari merupakan bulan istimewa bagi PDI Perjuangan. Di bulan ini, setiap tanggal 10 diperingati sebagai hari ulang tahun PDI Perjuangan yang tahun ini masuk usia ke 48. Berdiri 10 Januari 1973. Dan setiap tanggal 23 adalah merupakan ulang tahun ke 74 Ibu Hj Megawati Soekarnoputri, sang ketua umum yang juga Presiden ke V Republik Indonesia. Lahir di Yogyakarta 23 Januari 1947 dari pasangan Soekarno dan Fatmawati.
Pada diri Ibu Megawati tak hanya identik dengan PDI Perjuangan tetapi juga merupakan Wakil Presiden dan Presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Pada Soekarno, yang merupakan ayah dari Ibu Megawati, melekat sebagai proklamator pendiri bangsa dan Presiden pertama.
Dan PDI Perjuangan, adalah partai pertama yang menang pemilu di era reformasi tahun 1999, serta telah menang pemilu legislatif dua kali berturut-turut, yakni pada pemilu tahun 2014 dan 2019. Istimewanya lagi menempatkan kadernya, Joko Widodo, sebagai presiden ke VII Republik Indonesia dua kali berturut-turut.
Bahkan bukan tidak mungkin, pada Pemilu 2024 nanti PDI Perjuangan akan mencetak hattrick, menang pemilu legislatif dan pemilu presiden tiga kali berturut-turut. Tentu semua itu bukanlah kebetulan, tetapi dengan perjuangan, derai tawa dan air mata yang menyertainya.
Dalam buku “Megawati Dalam Catatan Wartawan; Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat” (2015), yang merupakan kumpulan tulisan para jurnalis, dengan jelas tergambar nyata yang menjadi intisari dari seluruh romantika, dinamika dan dialektika perjuangan Ibu Megawati.
Tekanan penguasa Orde Baru yang otoriter telah mengantarkan Ibu Megawati menjadi pemimpin yang tabah dan kuat dalam menjalani kehidupan politik dengan dinamika yang menyertainya. Hingga kemudian pada Pemilu 1999, PDI berubah menjadi PDI Perjuangan dan memenangkan Pemilu untuk pertama kalinya.
Dalam pandangan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto (2015), Perjuangan tidak hanya mencerminkan bagaimana perjuangan rakyat melawan rezim otoritarian tetapi juga menjadi jiwa dan semangat seluruh kader Partai. “Perjuangan” dalam nama PDI Perjuangan menjadi nilai-nilai yang menjadi nafas dari seluruh kader PDI Perjuangan.
Sekarang, ketika PDI Perjuangan menjadi partai penguasa; "Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, bukan hanya pada saat partai terpuruk, militansi dan kesetiaan kader partai diuji, justru pada saat kita menang. Saat kita menduduki posisi-posisi penting. Saat palu kekuasaan digunakan untuk memutuskan perbaikan kehidupan rakyat, bangsa dan negara, yang sesuai dengan ideologi Pancasila," demikian penegasan Ibu Megawati saat pidato HUT PDI Perjuangan 48 (Osdar, 2021).
Pernyataan tersebut menjadi penegas ungkapan semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya. Karena itu, jika PDI Perjuangan tidak memiliki akar yang menghujam ke bawah, yakni senantiasa setia bersama rakyat, dan batang yang kuat berupa struktur dan personalia organisasi yang rapi, akan mudah tumbang terkena terjangan angin dan badai. Itulah sebabnya Ibu Megawati selalu memerintahkan kepada kadernya baik di eksekutif, legislatif maupun struktur partai, agar jangan malas dan harus turun ke bawah bersama rakyat.
Maka ketabahan dan keteguhan dalam perjuangan ketika menjadi partai yang ditindas Orde Baru, menjadi partai opisisi ketika pemerintahan SBY, maupun ketika menjadi partai pemerintah sekarang ini, penting dan harus terus menerus dilakukan.