REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasrah, seakan menjadi kata yang tepat menggambarkan keluarga Sami Omar Khalil. Famili yang tinggal di Bait Lahia itu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, dengan segala ikhtiar untuk tetap bertahan hidup.
Omar menanggung empat anak dan seorang istri. Mereka termasuk keluarga prasejahtera di Gaza. Ghazal dan Ghina, anak pertama dan kedua Sami Omar, menderita penyakit dislokasi bawaan sejak lahir.
"Tidak ada pemasukan sama sekali, tak ada biaya untuk pengobatan anak-anak. Bahkan biaya untuk makan sehari-hari pun tidak ada,” kata Sami Omar kepada mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Gaza, dalam keterangan yang didapat Republika, Selasa (26/1).
Keluarga Sami Omar adalah salah satu gambaran keluarga di Gaza yang hanya bergantung dari tunjangan kesejahteraan sosial. Tidak ada lagi yang mereka mampu upayakan di tengah krisis Gaza saat ini.
Sama seperti Sami Omar, keluarga Anwar Ghazal Muhammad Salha, menjadi salah satu keluarga terdampak kemanusiaan di Gaza. Tiga anggota keluarganya menderita penyakit. Anwar sebagai kepala keluarga menderita keterbelakangan mental, sementara kedua anaknya, mengalami sindrom dow.
Berdasarkan data yang dihimpun tim Global Humanity Response ACT, keluarga Anwar membutuhkan kasur, selimut, pakaian untuk anak dan transportasi untuk perawatan. Keluarga mereka membutuhkan seseorang untuk mendukung keluarga yang tinggal di Kamp Jabalia itu.
Salah satu tim Global Humanity Response ACT, Said Mukaffiy, menjelaskan layanan kesehatan menjadi salah satu program yang amat dibutuhkan warga Gaza. Keluarga miskin di Gaza cukup sulit mendapat akses kesehatan karena fasilitas kesehatan di Gaza nyaris kolaps. Di satu sisi, keluarga prasejahtera tidak memiliki kemampuan untuk berobat dan menuju fasilitas kesehatan.
Tahun 2020 lalu, berdasarkan data yang diperoleh GHR, hampir 3000 pasien warga Gaza terdampak penyakit keras, lumpuh total dan penyakit ringan lainnya. Tak hanya itu, per-harinya hampir 1.000 kasus baru Covid-19 dilaporkan di Palestina.
“Upaya menghadirkan layanan kesehatan yang memadai amat membutuhkan dukungan yang dari para dermawan. Ada obat-obatan, listrik, bahan bakar ambulans yang membutuhkan biaya. Berjalannya klinik Indonesia selama ini atas dukungan dermawan, sebab itu kami berharap dukungan ini bisa terus berlanjut,” kata Said.