REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS — Komisaris Kesehatan Uni Eropa mengecam keputusan AstraZeneca untuk memperlambat pasokan vaksin pencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Dalam sebuah pengumuman pada akhir pekan lalu, AstraZeneca mengumumkan pihaknya tidak dapat memenuhi target pasokan vaksin COVID-19 sesuai yang disepekati.
Hal ini lantaram ada masalah dengan pabrik di Belgia. Menurut laporan, pengurangan mencapai 60 persen menjadi 31 juta dosis.
Pengumuman datang hanya beberapa pekan setelah perusahaan Pfizer juga memberitahukan penundaan pasokan vaksin dari perusahaan tersebut. AstraZeneca diyakini telah menerima pembayaran di muka, sebesar 298 juta poundsterling. Sebanyak 27 negara anggota blok tersebut mendantangani kesepakatan dengan perusahaan pada Agustus 2020 untuk pembelian 300 juta dosis.
Komisaris Uni Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan, Stella Kyriakides mengatakan keputusan AstraZeneca tidak dapat diterima. Menurutnya, Uni Eropa bahkan telah mendanai perusahaan farmasi itu, sebelum pengembangan dan produksi vaksin, serta melihat hasilnya.
"Uni Eropa ingin mengetahui dengan tepat dosis mana yang telah diproduksi oleh AstraZeneca dan di mana tepatnya sejauh ini dan jika atau kepada siapa dosis tersebut telah diberikan. Sejauh ini, jawaban perusahaan belum memuaskan,” ujar Kyriakides dalam sebuah pernyataan, dilansir News Sky, Selasa (26/1).