Senin 01 Feb 2021 00:46 WIB

Suhu Politik di Myanmar Memanas

Isu militer melancarkan kudeta di Myanmar membuat Sekjen PBB bereaksi

Red: Nur Aini
 Warga memberikan suara mereka pada saat pencoblosan dini di TPS di Yangon, Myanmar, 29 Oktober 2020. Myanmar akan menggelar pemilihan umum pada 08 November.
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
Warga memberikan suara mereka pada saat pencoblosan dini di TPS di Yangon, Myanmar, 29 Oktober 2020. Myanmar akan menggelar pemilihan umum pada 08 November.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Suhu politik di Myanmar memanas setelah muncul isu militer akan melancarkan kudeta, sehingga memaksa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan sejumlah kedutaan besar Barat di negara itu bereaksi.

"Kami menegaskan dukungan kami kepada transisi demokratik di Myanmar dan upaya-upaya mempromosikan perdamaian, hak asasi manusia dan pembangunan di negara ini," kata negara-negara Barat itu dalam pernyataan bersama.

Baca Juga

"Kami menantikan sidang parlemen yang damai pada 1 Februari dan pemilihan presiden dan ketua parlemen,” kata pernyataan bersama yang ditandatangani Denmark, Ceko, Finlandia, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, AS, Norwegia dan Selandia Baru itu.

"Kami mendesak militer dan semua pihak di negara ini agar mematuhi norma-norma demokrasi dan kami menentang setiap upaya mengubah hasil pemilu atau merintangi transisi demokrasi di Myanmar."