REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMU) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham emiten yang bergerak di bidang peternakan ayam terintegrasi ini langsung meroket setelah resmi tercatat sebagai perusahaan publik.
Pada perdagangan di hari pertama, harga saham emiten berkode WMUU ini melompat ke level Rp 218 per lembar saham. Harga saham WMUU tersebut naik sebesar 21 persen dibandingkan harga saat IPO yang ditetapkan sebesar Rp 180.
Direktur Utama WMU, Ali Mas’adi, optimistis ke depan kinerja perseroan akan semakin cemerlang. “Langkah ini menjadi pintu gerbang menuju pasar yang lebih dinamis. Kendati kondisi pasar saham masih menantang di tengah pandemi Covid-19,” kata Ali, Selasa (2/2).
Pada tahun ini, Perseroan memproyeksikan penjualan meroket naik 436 persen dan laba bersih 259 persen dari tahun lalu. WMU pun fokus pada pengembangan bisnis produksi karkas, apalagi di sepanjang semester pertama tahun lalu produksi karkas tumbuh 22 persen menjadi 16 ribu ton.
Dalam gelaran Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO), WMU menetapkan harga saham IPO di angka Rp 180 per lembar saham. Proporsi investor yang menyerap yakni investor institusi 69,5 persen dan ritel 30,5 persen.
Seiring dengan market yang didominasi oleh pemain ritel, menurut Ali, saat ini diperlukan alokasi ritel yang mencukupi dan juga untuk menjaga likuiditas di pasar sekunder. Saham WMUU mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak empat kali selama masa penawaran umum.
Manajemen WMU juga berupaya menjaga minat investor di pasar sekunder menjadi lebih baik, dengan menurunkan total saham yang dilepas ke publik atau free float dari 35 persen menjadi 15 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.