Selasa 02 Feb 2021 14:56 WIB

Menlu Iran: Jika Mau, Kami Sudah Buat Senjata Nuklir

Menlu Iran membantah klaim Menlu AS Antony Blinken soal pembuatan bom nuklir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif
Foto: AP/Matias Delacroix
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif

REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menolak tuduhan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), AS Antony Blinken. Pejabat tersebut mengatakan bahwa Teheran mengembangkan cukup bahan fisil untuk bom nuklir dalam beberapa bulan.

"Saya kira itu adalah pernyataan keprihatinan yang lebih ditujukan kepada opini publik daripada kenyataan," ujar Zarif dalam wawancara dengan CNN pada Senin (1/2).

Baca Juga

Menurut kutipan tertulis singkat dari wawancara dengan NBC News yang diterbitkan Senin, Blinken menuduh pengembangan untuk bom nuklir bahkan bisa terjadi dalam hitungan pekan. Kondisi ini bisa terjadi jika Iran terus mencabut pembatasan yang diberlakukan oleh perjanjian nuklir 2015.

"Iran tidak mencari senjata nuklir. Jika kami ingin membuat senjata nuklir, kami dapat melakukannya beberapa waktu lalu, tetapi kami memutuskan bahwa senjata nuklir tidak akan meningkatkan keamanan kami dan bertentangan dengan pandangan ideologis kami," kata Zarif.

Dalam transkrip penuh wawancara NBC News, Blinken mengatakan dia mendasarkan proyeksinya pada laporan publik. Dia melihat persoalan akan lebih akut jika Iran mencabut lebih banyak pembatasan kesepakatan nuklir. "Sekarang, bahan fisil adalah satu hal. Memiliki senjata yang benar-benar bisa mereka ledakkan dan gunakan adalah hal lain," kata Blinken.

Seperti dikutip dari Aljazirah, Iran mulai melonggarkan kepatuhan terhadap kesepakatan tersebut setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian pada 2018.

Padahal sebelumya Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional sesuai kesepakatan yang ditandatangani pada 2015,

Presiden AS Joe Biden sebelumnya telah berjanji untuk kembali ke perjanjian dan terlibat kembali secara diplomatis dengan Teheran. Menurut kutipan dari wawancara NBC News, Blinken mengatakan, Washington akan kembali ke kesepakatan nuklir asalkan Teheran mendapat kepatuhan.

Zarif mengatakan, AS tidak memiliki waktu tanpa batas untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu. "Amerika Serikat perlu kembali ke kepatuhan dan Iran akan siap - segera - untuk menanggapi," katanya.

“Masalahnya bukan waktunya. Masalahnya adalah apakah Amerika Serikat, apakah pemerintahan baru, ingin mengikuti kebijakan lama pemerintahan Trump yang gagal atau tidak," ujar Zarif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement