REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) berupaya memperbaiki kinerja bisnis perseroan pada tahun ini. Hal ini sejalan stimulus yang dikeluarkan pemerintah baik fiskal dan moneter.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimis dapat menaikkan aset dan menjaga non performing loan (NPL) tetap rendah. Tercatat pada akhir 2020, NPL Bank Mandiri sebesar 3,09 persen.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan pada tahun ini perseroan berupaya memperbaiki keseluruhan kinerja. “Aset kami masih bisa naik 8,7 persen dan secara konsolidasi bank masih bisa tumbuh 1,7 persen setiap tahunnya,” ujarnya saat acara Mandiri Investment Forum secara virtual, Rabu (3/2).
Bank Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 17,1 triliun pada akhir 2020. Sebagai salah satu bank terbaik di Indonesia, Darmawan menyebut pihaknya memberikan layanan terbaik di sektor mikro, medium, hingga korporasi.
"Kita juga bisa mengembangkan bisnis anak usaha kami, Mandiri Tunas Finance, Mandiri Sekuritas, Mandiri Capital Investment, Bank Syariah Indonesia dan anak-anak usaha lainnya. Adanya kolaborasi pemangku kepentingan dan pemegang saham menjadi kunci bagaimana kita bisa menghadapi tahun penuh tantangan ini dan bangkit tahun berikutnya," ucapnya.
Menurutnya perolehan laba pada akhir tahun lalu didorong oleh pertumbuhan fee based income tumbuh sebesar 4,9 persen yoy menjadi Rp 28,7 triliun, salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online.
Penyaluran kredit Bank Mandiri terkontraksi 1,61 persen yoy secara ending balance, meski masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi 2,41 persen yang dialami perbankan nasional. Namun demikian, secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata tumbuh 7,08 persen yoy menjadi Rp 871,3 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga berupaya menjaga kualitas kredit yang disalurkan di tengah pandemi Covid-19. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah sebesar 2,99 persen pada akhir Desember 2020 atau lebih rendah dibandingkan rasio kredit bermasalah industri perbankan sebesar 3,06 persen pada akhir 2020.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto mengatakan perseroan menargetkan akan menjaga NPL di bawah tiga persen pada akhir 2021. “Kami optimistis mengenai hal tersebut dikarenakan tren restrukturisasi yang semakin melandai seiring dengan aktivitas ekonomi yang mulai pulih,” ucapnya.
Dari laporan keuangan BRI 2020, BRI Group berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year jika dibandingkan dengan posisi kredit kuartal empat 2019 sebesar Rp 903,20 triliun. Adapun pertumbuhan kredit lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional 2020 yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kisaran minus satu persen sampai dua persen.
“Dengan kualitas kredit yang terjaga, BRI juga mencatatkan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen. Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik,” ucapnya.