Kamis 04 Feb 2021 09:23 WIB

Pendapatan Alibaba Naik 37 persen Selama Pandemi

Alibaba grup di tengah ketidakpastian karena rencana IPO Ant Grup yang ditangguhkan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Orang-orang berjalan melewati tanda di kampus kantor pusat Alibaba Group di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Cina, 17 Maret 2014 (diterbitkan ulang 01 Januari 2021). Alibaba akan mempublikasikan hasil kuartal keempat 2020 mereka pada 02 Januari 2021.
Foto: EPA-EFE/CRAB HU
Orang-orang berjalan melewati tanda di kampus kantor pusat Alibaba Group di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Cina, 17 Maret 2014 (diterbitkan ulang 01 Januari 2021). Alibaba akan mempublikasikan hasil kuartal keempat 2020 mereka pada 02 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Raksasa e-commerce China Alibaba telah membukukan hasil yang kuat untuk kuartal terakhir tahun 2020. Pendapatan perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma ini naik 37 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun 2019 menjadi 221 miliar yuan (Rp 479,57 triliun).

Hasil ini datang di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas afiliasi keuangan perusahaan, Ant Group. Alibaba mengatakan pihaknya tidak dapat menyelesaikan penilaian yang adil dari dampak peluncuran pasar saham Ant Group yang terhenti.

Baca Juga

CEO Alibaba, Daniel Zhang mengaitkan hasil perusahaan yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi China. Meskipun ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kemajuan yang lamban dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, China adalah satu-satunya ekonomi besar yang tumbuh selama pandemi Covid-19.

Penjualan terbesar Alibaba tahun 2020 saat Single Day juga membantu pendapatan perusahaan. "Namun, banyak yang melihat bisnis ini dan bertanya-tanya dari mana gelombang pertumbuhan berikutnya akan datang," kata Andy Halliwell, analis ritel dari konsultan teknologi Publicis Sapient.

Pendapatan komputasi cloud Alibaba naik 50 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, mencapai 2,5 miliar dolar AS. Divisi ini membukukan laba untuk pertama kalinya.

Tidak semua kabar baik bagi Alibaba, karena afiliasi teknologi keuangan (fintech) Ant Group tetap di bawah pengawasan ketat dari regulator China.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement