.
Ia meminta semua pihak dapat melihat seluruh aspek secara lengkap perihal mandeknya prestasi di putri, khususnya di tunggal. Menurut dia, selain latihan, penerapan sport science, ada juga pengaruh budaya yang memengaruhi mental dan performa saat atlet putri bermain.
Menurut Greysia, motivasi atlet putra berprestasi itu lebih tinggi di Indonesia karena mereka menjadi tulang punggung keluarga.
"Namun kalau putri terkadang ada pemikiran, kalau prestasi mentok nanti ada suami yang akan menjadi tulang punggung. Inilah yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Seluruh pihak di pelatnas PBSI ini harus bisa bersama-sama mencarikan jalan keluarnya. Jadi pelatih, pelatih fisik, psikolog, harus benar-benar bekerja untuk mengatasi persoalan ini agar atlet putri juga punya semangat yang sama, bahwa mereka menjadi atlet targetnya ya harus menjadi juara," beber Greysia.
Legenda ganda Indonesia Imelda Wiguna menambahkan, untuk ganda putri masalahnya lebih kompleks lagi. Menurut Imelad yang mendidik Greysia di Klub Jaya Raya, kejelian pelatih dalam menentukan pasangan ganda amat berperan dalam kesuksesan. Ia mencontohkan Greysia yang kecil dipasangkan dengan Jo Novita yang berpostur sama. Greysia baru bisa bersinar setelah dipasangkan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Sekarang, Greysia dalam usia 33 tahun masih bisa berprestasi berpasangan dengan Apriyani yang berumur 22 tahun.