REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan sejumlah varian baru virus corona telah menimbulkan kekhawatiran tentang seberapa cepat virus ini berubah. Apakah vaksin COVID-19 bisa tetap efektif menghadapinya?
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan beberapa varian baru SARS-CoV-2 yang perlu mendapat perhatian ini pertama kali ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagaimana virus lainnya, virus corona pun sudah diperkirakan akan berkembang. Namun para pakar kesehatan meyakini virus ini tidak akan bermutasi begitu cepatnya hingga dapat memengaruhi efektivitas vaksin.
Apa itu varian virus? Anda mungkin pernah melihat kata-kata "varian", "strain", "mutasi" atau bahkan "strain yang bermutasi".
Istilah-istilah ini sering digunakan secara bergantian, tetapi memiliki arti yang berbeda.
Strain umumnya dapat dianggap sebagai suatu jenis virus. SARS-CoV-2, misalnya, merupakan salah satu strain virus corona.
Strain ini kemudian mengalami mutasi, atau perubahan acak pada kode genetiknya. Biasanya perubahan ini tidak disengaja dan tidak begitu penting. Virus membuat kesalahan kecil saat mereplikasi diri, namun tak berpengaruh pada perilaku virus secara keseluruhan.
Namun mutasi ini kadang berpengaruh, dan membantu munculnya bentuk virus baru secara evolusioner. Bentuk baru ini mungkin saja lebih unggul dalam menginfeksi manusia, atau lebih mudah menular.
Ketika suatu strain mengalami satu atau beberapa mutasi, dan terdeteksi dalam populasi masyarakat, maka itulah yang disebut sebagai varian baru.
Varian dapat saja melampaui versi virus sebelumnya dan menimbulkan tantangan tersendiri bagi para peneliti yang sedang mengembangkan vaksin berdasarkan versi lama dari virus itu.