Senin 08 Feb 2021 11:12 WIB

Warga Myanmar Kian Berani dengan Militer

Seruan untuk turun ke jalan terus mengalir menentang aksi kudeta militer di Myanmar.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran berkumpul untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2). Ribuan orang ambil bagian dalam protes di Yangon.
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
Demonstran berkumpul untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2). Ribuan orang ambil bagian dalam protes di Yangon.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Seruan untuk menggelar lebih banyak protes massa menyeruak di Myanmar, Senin (8/2). Semangat ini mengemuka setelah puluhan ribu warga Myanmar turun ke jalan di Kota Yangon pada Ahad (7/2) untuk memprotes kudeta militer pada 1 Februari lalu.

Aksi massa pada Ahad (7/2) merupakan pengumpulan massa terbesar sejak Revolusi Saffron 2007 yang dipimpin oleh para biksu Buddha untuk mendorong reformasi demokrasi. Namun kudeta 1 Februari membalikannya sehingga masyarakat kian berani menentang militer.

Baca Juga

"Para demonstran dari setiap sudut Yangon, silakan keluar dengan damai dan bergabunglah dengan pertemuan rakyat," ujar aktivis Ei Thinzar Maun melalui Facebook yang menggunakan jaringan VPN untuk menggalang pengunjuk rasa, dikutip laman Channel News Asia, Senin.

"Lokasi dan waktu akan diumumkan kemudian," kata mantan pemimpin mahasiswa yang muncul sebagai salah satu wajah gerakan protes baru itu.