Jumat 12 Feb 2021 14:05 WIB

Penyelidik Rusia Ajukan Dakwaan Baru untuk Sekutu Navalny

Sebagian besar sekutu terkemuka Navalny sekarang ditahan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Lyubov Sobol merupakan salah satu tokoh di Anti-Corruption Foundation yang didirikan Navalny. Ilustrasi.
Foto: EPA
Lyubov Sobol merupakan salah satu tokoh di Anti-Corruption Foundation yang didirikan Navalny. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Penyelidik Rusia mengajukan dakwaan baru terhadap sekutu kritikus Kremlin Alexei Navalny, Lyubov Sobol pada Kamis (11/2). Sobol dituduh telah memasuki apartemen orang lain secara paksa pada Desember lalu. 

Tuduhan baru terhadap Sobol terkait dengan kasus yang dibuka pada Desember. Komite Investigasi mengatakan, Sobol dan beberapa orang lainnya mencoba untuk masuk ke sebuah flat wanita tua di Moskow. Dia mengenakan seragam yang digunakan oleh pengawas kesehatan konsumen negara bagian.

Komite Investigasi menuduhnya telah melakukan penipuan dengan menyamar menjadi kurir pengiriman agar bisa masuk ke lingkungan apartemen, sebelum menerobos masuk ke flat seorang wanita tua itu. Sobol diduga menggunakan kekerasan untuk masuk secara ilegal. 

Sekutu Sobol menggunakan akunnya di Twitter mengatakan bahwa kasus itu sangat politis. Sobol saat ini berada di bawah tahanan rumah atas dakwaan melanggar pembatasan Covid-19 pada sebuah aksi protes bulan lalu. Sebagian besar sekutu terkemuka Navalny sekarang ditahan atau menjadi tahanan rumah, tetapi pendukungnya berencana untuk menggelar protes singkat pada Ahad (14/2). 

Alexei Navalny ditangkap pada 17 Januari 2021 setelah kembali ke Moskow dari Jerman. Dia berada di Jerman untuk menjalani perawatan medis akibat insiden peracunan zat saraf yang hampir membunuhnya pada tahun lalu. Navalny menuding Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pembunuhan terhadap dirinya. Namun tudingan itu dibantah oleh Kremlin. 

Penahanan Navalny menuai aksi protes besar-besaran di seluruh Rusia yang berujung pada kericuhan. Polisi menahan lebih dari lima ribu orang yang melakukan perlawanan. Polisi memberlakukan pengamanan yang sangat ketat di jantung kota Moskow. Polisi menutup sejumlah ruas jalan di dekat Kremlin, menutup stasiun metro dan mengerahkan ratusan polisi anti huru-hara. 

Polisi mengatakan, para pengunjuk rasa dapat menghadapi tuntutan pidana karena menyerukan aksi demonstrasi tanpa izin. Selain itu, polisi memperingatkan bahwa mereka dapat menyebarkan virus korona. Sekutu Navalny menggunakan media sosial untuk mengubah lokasi unjuk rasa berulang kali. Mereka menyebarkan kerumunan di berbagai bagian Moskow dan mempersulit polisi untuk membubarkannya.

Menurut OVD-Info, setidaknya 5.021 orang ditahan termasuk 1.608 di Moskow. Istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya termasuk di antara mereka yang ikut ditahan, namun tak lama kemudian dibebaskan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement