REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Amerika Serikat (AS) mendukung dan berpihak pada teroris. Pernyataan tersebut muncul setelah kelompok pemberontak Partai Pekerja Kurdistan atau Kurdistan Worker's Party (PKK) membunuh 13 warga Turki yang menjadi tawanannya di Irak utara akhir pekan lalu.
"AS telah memberi mereka senjata dan mereka telah berperang melawan kami. Jika kita akan bersama-sama di dalam NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), Anda akan memihak kami, bukan teroris," kata Erdogan dalam pidatonya pada Senin (15/2), dikutip laman Ahval.
Pemerintah AS telah mengetahui informasi tentang terbunuhnya 13 warga Turki yang menjadi tawanan PKK. Washington pun mengutuk hal tersebut. "Kami mendukung sekutu NATO kami, Turki, dan menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang hilang dalam pertempuran baru-baru ini," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.
"Jika laporan kematian warga sipil Turki di tangan PKK, sebuah organisasi teroris yang ditunjuk, dikonfirmasi, kami mengutuk tindakan ini sekuat mungkin," ujar Price.
Menanggapi pernyataan itu Erdogan menilainya sebagai sandiwara. “Pernyataan yang dibuat Amerika Serikat adalah sandiwara" ungkap Erdogan dikutip Aljazeera, Senin (15/2).
“Anda bilang Anda tidak mendukung teroris, kenyataanya Anda di pihak mereka dan berada di belakang mereka," tambah dia.
PKK telah melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki sejak 1984. Puluhan ribu orang diduga telah tewas sejak saat itu hingga kini. AS dan sekutu Barat Turki lainnya mengakui PKK sebagai kelompok teror. Namun dalam konflik sipil di Suriah, Washington memberikan bantuan kepada kelompok milisi Kurdi lain yang dipandang Turki sebagai cabang PKK.
Bulan ini Turki melancarkan operasi militer terhadap pangkalan PKK di Irak utara. Tujuan operasi itu adalah membebaskan 13 warga Turki yang menjadi tawanan.