Senin 15 Feb 2021 21:26 WIB

Morgan Stanley: Bisnis Bensin Memasuki Masa Kelam

Investor energi dunia mulai menyadari pentingnya energi bersih.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Morgan Stanley (ilustrasi). Perusahaan analis investasi dunia, Morgan Stanley memprediksi bisnis bensin sudah memasuki masa kelam.
Foto: US Federal Reserve
Morgan Stanley (ilustrasi). Perusahaan analis investasi dunia, Morgan Stanley memprediksi bisnis bensin sudah memasuki masa kelam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan analis investasi dunia, Morgan Stanley memprediksi bisnis bensin sudah memasuki masa kelam. Bisnis gasoline atau yang lebih akrab disebut BBM tak akan menjadi berharga ke depan.

Melalui laporan awal tahunnya, Morgan Stanley menilai saat ini investor energi dunia mulai menyadari pentingnya energi bersih. Transisi dari bisnis bahan bakar fosil ke energi terbarukan sudah ramai dilakukan para investor energi saat ini.

Baca Juga

"Investor energi rata-rata sekarang sangat menyadari pergeseran monumental sektor ini dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Di satu sisi banyak negara juga memutuskan untuk menutup pembangkit batu baranya dan beralih ke energi bersih," kata Adam Jonas selaku analis Morgan Stanley, Senin (15/2).

Ia menjelaskan para investor khususnya migas sejak 20 tahun terakhir selalu memegang predikat blue chip di seluruh dunia. Sayangnya, mulai memasuki tahun 2020, semua saham saham blue chip ini harga sahamnya anjlok.

"Sedangkan Tesla dan NIO punya valuasi angka yang jauh lebih tinggi dan melesat hebat. Sedangkan seperti Ford dan juga General Motors mengalami penurunan valuasi yang cukup tajam," ujar Adam.

Adam juga menjelaskan Morgan Stanley baru baru ini juga melakukan survey terhadap investor. 23 persen responden menyatakan masih memiliki minat yang sama seperti 10 tahun lalu dalam berinvestasi di energi fosil. Sedangkan 60 persen diantaranya menilai masih merasa perlu untuk melakukan wait and see. 17 persen lainnya menyatakan lebih tertarik untuk investasi ke energi bersih.

Untuk memastikan keberlangsungan bisnisnya, Adam mengatakan pada tahun depan General Motos juga akan mulai melakukan shifting bisnis. Perusahaan otomotif terkemuka di dunia tersebut berjanji untuk menghentikan produksi semua mobil, truk, dan SUV bertenaga diesel dan bensin pada tahun 2035 sebagai bagian dari rencana perusahaan untuk mengalihkan seluruh armada barunya ke kendaraan listrik.

"Lebih lanjut, pembuat mobil tersebut mengatakan akan fokus pada penawaran kendaraan tanpa emisi di berbagai titik harga dan bekerja dengan berbagai operator untuk membangun infrastruktur pengisian daya yang diperlukan sambil mempromosikan penerimaan konsumen," ujar Adam.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement