REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte menandatangani program amnesti untuk pemberontak komunis dan muslim yang bersedia menyerahkan senjata mereka. Sebagai gantinya mereka dapat kembali ke kehidupan normal. Langkah itu dilakukan untuk mengakhiri pemberontakan yang terjadi selama setengah abad terakhir.
Berdasarkan perintah Duterte yang dirilis Selasa (16/2) malam ribuan gerilyawan dari dua kelompok muslim dan faksi pemberontak komunis dapat mengajukan amnesti dalam waktu satu tahun. Tapi perintah itu harus mendapat persetujuan dari Kongres terlebih dahulu.
Tiga kelompok pemberontak itu menandatangani kesepakatan damai terpisah dengan pemerintah sebelum Duterte yang berhasil meredakan pemberontakan tapi tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah itu. Pemimpin kelompok bersenjata Moro Islamic Liberation Front akan menguasai daerah otonom mayoritas muslim di selatan usai ribuan pasukan kelompok itu melucuti senjata mereka.
"Ini disambut baik sepanjang berdasarkan kesepakatan damai kami," kata juru bicara Moro Islamic Liberation Front, Von Al Haq, Rabu (17/2).