REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan suku bunga kredit perbankan hanya turun 83 basis poin sepanjang tahun 2020. Padahal, bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin.
“BI mengharapkan perbankan dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (18/2).
Gubernur BI mengungkapkan lambatnya penurunan suku bunga kredit perbankan disebabkan masih tingginya Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Selama 2020, lanjut dia, SBDK perbankan baru turun 75 basis poin menjadi 10,11 persen di tengah penurunan suku bunga acuan BI dan penurunan suku bunga deposito satu bulan.
“Ini menyebabkan tingginya spread SBDK dengan suku bunga acuan BI dan deposito satu bulan masing-masing sebesar 6,36 persen dan 5,84 persen,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Dari sisi kelompok bank, imbuh dia, SBDK tertinggi terjadi di Bank BUMN sebesar 10,79 persen, diikuti BPD sebesar 9,80 persen, dan bank umum swasta nasional 9,67 persen, serta kantor cabang bank asing 6,17 persen. Sedangkan berdasarkan jenis kredit, SBDK kredit mikro mencapai 13,75, kredit konsumsi non-KPR sebesar 10,85 persen, kredit konsumsi KPR 9,70 persen, kredit ritel 9,68 persen, dan kredit korporasi 9,18 persen.
Pada 2020, Bank Indonesia total menurunkan 125 basis poin sehingga turut mendorong rendahnya rata-rata suku bunga Pasar Uang AntarBank (PUAB) overnight mencapai 3,04 persen, suku bunga deposito satu bulan turun 181 basis poin ke level 4,27 persen pada Desember 2020. Sementara itu pada Februari ini BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen sehingga total penurunan suku bunga acuan mencapai 150 basis poin sejak 2020 hingga dua bulan pertama 2021.