REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melakukan penelitian menggunakan alat plasmapheresis sebagai terapi untuk pasien Covid-19 gejala berat dan kritis. Implementasi terhadap pasien Covid-19 masih dalam tahap riset dimana keberhasilannya diklaim hampir sama dengan terapi plasma konvalesen. Bedanya, terapi plasmapheresis tidak membutuhkan donor.
Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Reviono, menjelaskan, plasmapheresis merupakan terapi ekstra korporal. Artinya, di luar tubuh dimana plasma yang berisi zat-zat berbahaya akibat infeksi Covid-19 dikeluarkan dari tubuh pasien.
Dengan dikeluarkan dari pasien, maka diharapkan zat-zat itu berkurang atau hilang. "Terapi ini untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis," kata Reviono kepada wartawan di Rumah Sakit (RS) UNS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (19/2).
Dia menjelaskan, cara kerja terapi plasmapheresis, pasien bergejala berat atau kritis dikeluarkan plasma darahnya dengan alat plasmapheresis. Plasma yang kotor tersebut dibersihkan.
Kemudian volume plasma yang dikeluarkan itu diganti dengan albumin atau protein yang mengandung zat untuk membuat kekebalan tubuh. Lalu dikembalikan ke tubuh pasien. "Kalau ini tidak tergantung pada donor. Prosesnya sekitar empat jam," imbuh Reviono.