REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengapresiasi peluncuran buku berjudul PMII di Era Disrupsi.
Karya kandidat calon Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Syarif Hidayatullah ini penting untuk melihat peran dan tantangan PMII di era disrupsi.
“Saya mengapresiasi dengan hadirnya buku ini. Saya melihat ananda Muhammad Syarif Hidayatullah ini sudah bisa membaca pergerakan-pergerakan dan tantangan zaman melalui buku PMII di era disrupsi ini,” ujar Nasaruddin, Selasa (23/2).
Dia berharap dengan adanya buku ini, akan membuka kran berpikir kader PMII dalam menjawab tantangan di era disrupsi tersebut dengan langkah-langkah strategis baik untuk kemajuan individu kader PMII, maupun organisasi PMII serta bangsa dan negara.
Buku ini, menurut Nasaruddin, menjadi sumbangan gagasannya dan semoga dirinya tetap memberi manfaat dari generasi ke generasi. Pun jika dianggap tak memiliki manfaat, setidaknya ini menjadi cara Syarif Hidayatullah untuk mengikat ilmu yang dimilikinya agar tidak terlepas dan hilang dari sejarah.
“Seperti apa kata Pramoedya Ananta Thoer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tak menulis, dia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah,” imbuh Nasaruddin.
Acara tersebut dihadiri kader PMII dan peserta santunan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci tangan dan handsanityzer dan menjaga jarak.
Buku tersebut adalah buah pikiran Syarif selama berproses di PMII, khususnya ketika menjadi Ketua PKC PMII Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2017 hingga posisi saat ini sebagai Ketua Bidang Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) PB PMII periode 2017-2021.
Dalam sambutannya, Syarif Hidayatullah mengatakan era disrupsi merupakan sebuah era dimana lahirnya sebuah inovasi-inovasi baru yang akan menggantikan sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru.
“Hadirnya perubahan-perubahan yang begitu cepat yang disertai dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat maka dari itu, tambahnya, Kader PMII butuh gagasan-gagasan baru untuk menghadapinya,” tuturnya.