REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Varian baru virus corona ditemukan di New York City. Varian ini memiliki beberapa kesamaan dengan varian yang lebih menular dan tidak dapat dipecahkan yang ditemukan di Afrika Selatan.
Varian baru virus corona, yang dikenal sebagai B.1.526, pertama kali diidentifikasi dalam sampel yang dikumpulkan di New York pada November. Pada pertengahan Februari ada sekitar 12 persen kasus infeksi virus corona varian baru itu dari total kasus infeksi corona, kata para peneliti Kampus Vagelos untuk Dokter dan Ahli Bedah di Universitas Columbia, Rabu (24/2).
Varian baru virus corona tersebut juga dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan secara daring pekan ini oleh California Institute of Technology. Namun, studi-studi tersebut belum ditinjau oleh para ahli dari luar.
Studi di Columbia menemukan bahwa varian virus corona B.1.526 memiliki beberapa karakteristik mengkhawatirkan yang sama dengan varian B.1.351 (Afrika Selatan) dan varian P.1 (Brasil). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa varian-varian baru virus corona tersebut lebih resisten terhadap beberapa vaksin yang sudah ada daripada virus corona versi sebelumnya.
Para peneliti mengatakan hal yang menjadi perhatian utama dari varian baru virus corona itu adalah perubahan di satu area protein lonjakan virus, yang disebut E484K, yang ada pada ketiga varian -- varian Afrika Selatan, varian Brasil, dan varian yang ditemukan di New York.
Mutasi E484K dipercaya melemahkan respon imun tubuh terhadap virus. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin virus corona yang baru diluncurkan masih cenderung dapat menetralkan virus dan melindungi dari penyakit parah, bahkan untuk kasus infeksi virus corona varian-varian baru .Perusahaan-perusahaan farmasi pembuat vaksin juga terus bekerja untuk mengembangkan vaksin penguat untuk memerangi versi-versi virus yang bermutasi.