REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Berawal dari menonton banyak film asing saat kecil, Hesti Miranda mulai bermimpi untuk pergi ke luar negeri. Namun, cita-cita itu terhalang banyak kendala. Berbagai penolakan dari program pertukaran pelajar dialami Alumni Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sejak Sekolah Menengah Atas (SMA).
Meski dihadapkan pada kegagalan, mimpi Hesti untuk ke luar negeri tidak pernah padam. Bahkan keinginannya semakin kuat ketika mengetahui UMM memiliki banyak program beasiswa internasional. Ia pun aktif di berbagai organisasi yang menunjang salah satunya International Language Forum (ILF).
“Di tahun 2016 ketika saya mengikuti beberapa program ILF, saya mendapat kesempatan untuk menjajal pertukaran pelajar ke China selama empat bulan. Di tahun yang sama, saya juga berkesempatan untuk mengikuti magang internasional di Thailand,” lanjut Hesti, Kamis (25/02).
Keberungan tersebut membuat anak tengah dari tiga bersaudara ini semakin ketagihan. Semangatnya menjadi lebih besar untuk mencoba berbagai program internasional laninnya.
Berpengalaman dua kali mengikuti program di luar negeri, jalan mulus tak lantas hadir di depan mata Hesti. Ia masih harus berjuang setelah menerima kenyataan ditolak tujuh kali pada program beasiswa Erasmus Mundus. Tak surut langkah, hal ini justru menjadikannya semakin giat mencari peluang studi di luar negeri.
“Karena saya berasal dari desa, saya mempunyai prinsip bahwa saya harus terus berkembang. Pergi ke luar negeri merupakan salah satu cara bagi saya untuk mempelajari hal baru dan mengembangkan diri. Jadi setiap ditolak, saya selalu berusaha memperbaiki curriculum vitae dan motivation letter. Bahkan sebelum sidang skripsi pun saya masih menyempatkan diri untuk mendaftar beasiswa Erasmus Mundus ke Spayol," kata gadis asli Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur tersebut, seperti dalam siaran pers UMM.
Awalnya Hesti tidak menyangka akan lolos Erasmus Mundus. Selain karena sudah banyak menerima penolakan, di tahun 2018 tersebut dirinya juga akan segera wisuda. Beasiswa Erasmus mundus tidak akan berlaku ketika pendaftar telah dikukuhkan oleh pihak kampus sebagai wisudawan.
Siapa sangka, keberuntungan kali ini memihak padanya. Waktu wisuda Hesti diundur. Orang tuanya tidak dapat datang sesuai jadwal awal yang telah ditentukan. Hal ini bertepatan dengan pengumuman penerimaan Erasmus Mundus dan ia pun dapat mengikuti program beasiswa ke Spayol mulai Agustus 2018-Februari 2019.
Hesti mengaku sangat bersyukur telah memilih UMM dan mengikuti berbagai program beasiswa luar negeri yang telah disediakan oleh kampus. Meneruskan mimpinya, saat ini Hesti sedang melanjutkan studi S2 di National Dong Hwa University (NDHU) Taiwan.
"Berbagai pengalaman beasiswa dan magang yang saya dapatkan ketika berkuliah di UMM sangat membantu studi S2 di Taiwan. Jika masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi S3, saya berharap bisa pergi belajar ke tempat yang lebih jauh lagi,” pungkasnya.