REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan, momen Olimpiade Tokyo dapat memberikan kesempatan untuk Korea Utara (Korut), Amerika Serikat (AS), dan Jepang membuka pembicaraan. Pidato Moon datang ketika hubungan antara Korut dengan Korsel dan Jepang memburuk setelah negosiasi denuklirisasi dengan AS gagal pada 2019.
Berbicara pada peringatan 102 tahun Hari Gerakan Kemerdekaan 1 Maret di Seoul, Moon menaruh harapan besar bahwa Olimpiade Tokyo dapat menjadi ajang untuk merevitalisasi diplomasi dengan Korut. Moon juga mengatakan, Korsel akan bekerja sama dengan Jepang untuk menyukseskan Olimpiade Tokyo yang dapat membantu negara memulihkan perekonomian akibat pandemi Covid-19.
"Pertandingan yang dijadwalkan tahun ini dapat menjadi kesempatan untuk dialog antara Korea Selatan dan Jepang, Korea Selatan dan Utara, Korea Utara dan Jepang, dan Korea Utara dan Amerika Serikat," kata Moon dilansir Reuters, Senin (1/3). “Saya berharap Korea dan Jepang dapat menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda pandemi Covid-19, dan bersama-sama menciptakan tatanan baru di era pasca-Covid-19."
Moon telah menawarkan menjadi mediator antara AS dan Korut untuk membuka kembali pembicaraan mengenai denuklirisasi. Pemimpin Korut Kim Jong-un dan mantan Presiden AS Donald Trump melakukan dua kali pertemuan puncak untuk membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan. Hingga kini, AS dan Korut belum memulai lagi pembicaraan tentang denuklirisasi.
Korut telah menawarkan untuk membongkar kompleks nuklir utamanya dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi utama PBB. Tetapi AS mengatakan, Korut juga harus menyerahkan senjata nuklir dan bahan bakar bomnya.
Pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden belum mengumumkan kebijakan baru untuk Korut. Namun dalam debat presiden pada Oktober tahun lalu, Biden mengatakan bahwa dia akan bertemu Kim, jika dia setuju untuk "mengurangi" kapasitas nuklir Korut.