REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Munculnya kasus positif virus varian baru hasil mutasi SARS-CoV-2 bersandi B117 di Indonesia dikhawatirkan berdampak terhadap efektivitas vaksin yang ada. Namun, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyebut, vaksin yang d iberikan kepada masyarakat masih bisa melindungi tubuh dari virus varian baru tersebut.
Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan, memang ada laporan bahwa mutasi baru virus tersebut bisa mengurangi efikasi vaksin di beberapa negara. Namun, berda sarkan informasi yang ia terima, be berapa perusahaan vaksin juga sudah menguji efikasinya terhadap varian baru tersebut. Hasilnya, kinerja vaksin tak terganggu.
"Tidak mengganggu kinerja vaksin sejauh ini. Juga belum ada rekomendasi untuk mengubah vaksin yang sekarang ini sudah beredar dan sudah dipakai," kata Amin saat dihubungi Republika, Rabu (3/3).
Berdasarkan publikasi yang terbaru mengenai virus korona varian baru, karakteristiknya yakni bisa menginfeksi masuk ke dalam sel manusia lebih cepat dari varian yang sebelumnya. Sifat varian baru ini 40- 70 persen lebih cepat menular. "Selain itu juga diinterpretasikan bisa menular lebih cepat atau bisa menularkan ke lebih banyak orang," ujar Amin.
Di sisi lain, varian baru ini juga di khawatirkan akan mengganggu mengurangi kemampuan diagnosis PCR dalam mendeteksi virus korona. Walaupun demikian, terkait hal ini masih belum dikonfirmasi secara ilmiah. Amin menjelaskan, sejauh ini, belum ada arahan dari organisasi mana pun untuk mengubah pemeriksaan PCR.
Amin melanjutkan, meskipun varian baru ini lebih cepat menular, hingga saat ini tidak ada data yang menyatakan mutasi virus korona lebih berbahaya. Belum ada data yang mengaitkan mutasi itu dengan derajat penyakitnya. "Artinya, apakah tambah berat atau meningkatkan kematian dan sebagainya, itu belum ada," kata dia.
Proses vaksinasi di Indonesia sudah berjalan sejak awal tahun 2021 dan saat ini memasuki tahapan kedua. Amin mengatakan, saat ini, prosedur vaksin pun masih tidak ada perubahan, yaitu setidaknya dilaku kan dua kali vaksinasi. Untuk usia 18-59 tahun, vaksinasi kedua sekitar dua pekan. Untuk usia di atas 60, vaksinasi kedua sekitar 28 hari ke mudian.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro juga mengatakan, varian baru virus korona dari Inggris tersebut belum terbukti mengganggu kinerja vaksin Covid-19. Namun, ia mengaku, B117 berdampak pada penyebaran virus yang lebih cepat dan bisa meng ganggu kinerja tes PCR.
"Tapi, belum terbukti menimbulkan keparahan lebih dan belum terbukti mengganggu kinerja vaksin," kata Bambang.
Varian baru virus korona B117 ditemukan di Indonesia melalui kegiatan pengurutan genom virus menyeluruh (whole genom sequencing) pada sampel virus korona yang bertransmisi di Indonesia. Dari 462 WGS yang dilakukan, diidentifikasi dua kasus di antaranya mengandung varian baru asal Inggris itu.
Meskipun ditemukan varian baru, Bambang menuturkan, pengembangan vaksin Covid-19 secara mandiri masih terus berjalan sesuai jadwal. Menurut dia, tentunya pengujian kinerja bibit vaksin terhadap varian baru tersebut tetap akan dilakukan.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoer ban mengatakan, vaksin yang ada di dunia, khususnya Pfizer, terbukti bisa menangkal virus korona varian baru B117. Namun, untuk vaksin Sinovac masih perlu dilakukan penelitian lebih jauh.
Bukti Sinovac bisa menangkal virus Inggris belum ada. Nanti kita akan mencari dari berbagai negara, mungkin Turki atau Brasil. Kita harapkan bisa mendapatkan data apakah nanti Sinovac bisa menangkal virus B117 itu, masih kita tunggu bukti ilmiahnya. "Kita harapkan Sinovac juga sama seperti Pfizer untuk menangkal B117," kata Zubairi.
Zubairi menjelaskan, penyebaran virus mutasi baru di Inggris begitu cepat sebelum dilakukan vaksinasi. "Begitu vaksinasi dimulai, kemudian yang dipakai di Inggris pakainya Pfizer, ternyata bisa melindungi," kata dia.
Walaupun demikian, ia menegaskan, masyarakat tidak perlu panik dengan adanya virus korona mutasi baru B117. Meskipun lebih cepat menyebar, cara pencegahan virus ini masih sama seperti Covid-19, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan tidak berlama-lama di tempat tertutup. (inas widyanuratikah, ed:mas alamil huda)