Jumat 05 Mar 2021 00:16 WIB

Pengamat: Lagu ‘Buzzer’ Buktikan Iwan Fals Tetap Kritis

Iwan terkenal sangat kritis menyoroti masalah pendidikan, kesehatan, dan korupsi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Penyanyi legendaris Indonesia, Iwan Fals.
Foto: Tangkapan Layar
Penyanyi legendaris Indonesia, Iwan Fals.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat musik dan hiburan Bussy ACe menilai, lagu baru musisi Iwan Fals “Buzzer” menunjukkan sang legenda tetap kritis. Lagu itu dibuat berdasarkan sumbangan lirik dari warga net di Twitter dan Facebook pada Februari lalu.

“Saya sudah dengAr berkali-kali, nggak ada istilah kembali mengkritik. Sejak dia nyanyi itu, dia selalu kritis,” kata Buddy kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Jika ingin melihat apakah Iwan Fals masih kritis atau tidak? Buddy menyarankan, untuk meresapi apakah karyanya memiliki napas seperti “Bento,” “Umar Bakri”, dan “Ambulan Zig Zag” atau tidak? Buddy mengatakan, Iwan Fals terkenal sangat kritis menyoroti masalah pendidikan, kesehatan, korupsi di Indonesia

Seiring bertambahnya usia dan jaringan pertemanan yang luas, Buddy beranggapan, hal itu mempengaruhi bagaimana Iwan Fals memilih diksi untuk karyanya. “Dia melihat Indonesia dari berbagai sudut pandang. Dia melihat persoalan dari multi persepktif. Di lagu ‘Buzzer’, dia berhasil melihat masyarakat,” ujar Buddy.

Di era teknologi, Buddy mengatakan, banyak orang berani menyampaikan pendapat dan mengritisi sesuatu. Kemudian, menurutnya, Iwan Fals menangkap fenomena itu, untuk bersama-sama membuat lagu.

“Hari ini, tugas Iwan Fals memotret sudah tergantikan. Asumsi saya itu. Tugas dia memotret kesehatan, pendidiakn, korupsi itu diambil alih masyarakat secara luas. Seperti di lagu ‘Buzzer’, kemarahan dia terwakili banyak orang,” tutur ketua Presidium Indonesia Music Forum itu.

Buddy menilai orang-orang yang mengirimkan lirik pada Iwan Fals adalah mereka yang belajar kritis dari Iwan Fals, atau Slank, Efek Rumah Kaca, Cupumanik, Superman Is Dead. “Itu hasil akumulasi dari pengamatan mereka. Hari ini, tugas memotret tergantikan oleh netizen. Mereka orang terdidik, bersikap kritis lewat karya Iwan Fals. Dia masih krtisi dengan melibatkan orang lain,” kata Buddy.

Lagu berdurasi lebih dari 20 menit itu, menurut dia merupakan pembaruan dari Iwan Fals. Alasannya, dia mengatakan Iwan tak mensortir satu kata pun dari lirik yang dikirim warga net. Meski menurut dia tak etis, tetapi dalam konteks berkesenian kata-kata kasar itu sah-sah saja.

“Dia menangkap omongan orang dan diksi dari masyarakat, dan itu fakta. Itu ungkapan diski masyarakat, ungkapan marah, dan Iwan dengan hebatnya tak menyensor itu. Dia masih terbuka, bebas, dan masih kritisi,” ujar dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement