Jumat 05 Mar 2021 20:54 WIB

ITMI: Tingkat Melek Alquran Braille Rendah

Ketersediaan Alquran braille masih sangat minim

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: A.Syalaby Ichsan
Para penyandang tunanetra belajar membaca Quran braille sambil bermain di Wisata Mandiri Sayang Kaak, Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (30/8/2020). Saung Quran Bunda menggelar acara mengaji Alquran braille bagi para penyandang disabilitas sekaligus mengenalkan suasana alam sambil berwisata kepada mereka.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Para penyandang tunanetra belajar membaca Quran braille sambil bermain di Wisata Mandiri Sayang Kaak, Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (30/8/2020). Saung Quran Bunda menggelar acara mengaji Alquran braille bagi para penyandang disabilitas sekaligus mengenalkan suasana alam sambil berwisata kepada mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PP Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Pusat, Yudi Yusfar mengatakan, tingkat melek Alquran Braille di kalangan Muslim Tunanetra masih rendah. Padahal, berdasarkan sensus ekonomi nasional 2018, jumlah populasi penyandang tunanetra sebanyak 14 persen dari jumlah total populasi Indonesia. Jika dikalkulasi maka terdapat sekitar 4.253.200 jiwa. 

“Dari jutaan tunanetra tersebut, hanya 9000 saja yang mengenyam pendidikan di SLB. Sedangkan mereka yang mendapat pendidikan di panti sosial, sekitar 18 ribu. Sehingga diasumsikan bahwa dari 4,2 juta penyandang tunanetra, hanya sekitar 30 ribu saja yang mengenyam pendidikan, dan dari jumlah tersebut belum tentu seluruhnya bisa membaca Alquran braille,” ujar Yudi kepada Republika dalam pertemuan virtual, Jumat (5/3).   

Jika dibandingkan dengan Alquran konvensional, ketersediaan Alquran braille masih sangat minim, ditambah masih sedikitnya penyandang tunanetra yang mampu membaca Alquran braille. Upaya pemberantasan buta huruf Alquran braille merupakan program yang penting. Dia menegaskan, ITMI ingin para penyandang tunanetra juga memilki kemampuan dalam bidang agama dan mampu mensyiarkan Islam, khususnya bidang Alquran. 

“Upaya pemberantasan buta huruf braile ini sangat penting. Karena keberadaan tunanetra yang sangat besar, dan yang sudah mendapat  pelayanan pendidikan dari pemerintah hanya beberapa puluh ribu sja, atau dibawah 10 persen,”jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement