REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hubungan Teheran dan Ankara menegang menyusul rencana Turki menggelar operasi militer di wilayah Sinjar, Irak untuk menyingkirkan pasukan Kurdi (PKK) di sana. Iran tak sepakat dengan operasi itu dan mengancam Turki dengan menyatakan akan meningkatkan kehadiran mereka di Sinjar.
"Iran telah menegaskan keberatan mereka pada setiap kemungkinan operasi militer Turki di wilayah Sinjar dan menyatakan keberatannya dengan berbagai cara," kata pakar kajian Irak di Center for Strategic Studies in the Middle East (ORSAM) Watheq Al-Sadoon seperti dikutip Daily Sabah, Selasa (9/3).
"Sementara beberapa hari terakhir kami menyaksikan semakin banyak milisi Irak dan tokoh yang berhubungan dengan Iran menentang Turki," tambah Al-Sadoo.
Turki telah mengikuti dengan sesama perkembangan di Sinjar dan mengatakan tidak akan menolerir ancaman keamanan nasional mereka. Serta tidak akan segan-segan mengambil tindakan untuk menyingkirkan teroris.
Ankara sudah memberi sinyal akan menggelar operasi militer di wilayah tersebut. Sebaliknya, milisi yang didukung Iran telah memposisikan diri mereka sendiri.
"Tentu saja Iran tidak akan senang dengan operasi Turki di Sinjar dan akan menunjukkan reaksi melalui milisi-milisinya, tetapi karena sikap tegas Turki, Teheran akan menerima hasil dari operasi itu," kata deputi ketua dewan Center for Iranian Studies (IRAM) Hakki Uygyur.
Bulan lalu milisi yang didukung Iran, Asaib Ahl al-Haq mengatakan akan menghalangi setiap perilaku agresif Turki. Dua pekan yang lalu kelompok paramiliter yang didukung Iran lainnya Harakat Hezbollah al-Nujaba mengancam akan menyerang militer Turki bila mereka melanjutkan operasi kontra-terorismenya di bagian utara Irak.