Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan pihak otoritas kesehatan Australia tidak khawatir dengan penggunaan vaksin AstraZeneca, setelah beberapa negara Eropa menunda vaksinasi mereka.
- Beberapa negara Eropa menghentikan program vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca
- Ini disebabkan karena adanya kasus penggumpalan darah setelah divaksin
- Pemerintah Australia mengatakan tidak khawatir dengan keamanan vaksin tersebut
Sejumlah negara di Eropa menghentikan sementara vaksinasi AstraZeneca karena adanya laporan pembekuan darah setelah penyuntikan.
PM Morrison, yang bertindak sebagai Menteri Kesehatan sementara menggantikan Menkes Greg Hunt yang sakit, mengatakan telah berbicara soal ini dengan Sekretaris Departemen Kesehatan Brendan Murphy.
Menurutnya laporan dari negara-negara di Eropa tidak membuat vaksinasi AstraZeneca di Australia akan ditunda.
"[Therapic Goods Administration atau Administrasi Obat Australia] tentu saja sudah melihat berbagai laporan yang ada dan mereka juga sudah melakukan pengetesan sendiri," ujarnya.
"Saya melihat sendiri pengetesan yang mereka lakukan di awal minggu ini."
"Kami memiliki proses yang sangat ketat dalam menguji semua ini," tambahnya.
Penundaan sementara vaksinasi di Eropa
Denmark mengundurkan jadwal vaksinasi hingga dua minggu ke depan, setelah seorang perempuan berusia 60 tahun yang disuntik vaksin AstraZeneca dari jatah yang digunakan di Austria mengalami penggumpalan darah dan meninggal, menurut pihak otoritas kesehatan.
Austria sebelumnya telah berhenti menggunakan jatah tersebut dan tengah memeriksa kematian akibat pembekuan darah, serta efek samping yang disebabkan oleh emboli paru.
Italia juga akan berhenti menggunakan jatah vaksin tersebut setelah dua pria di Silicy dinyatakan meninggal.
Pihak Italia mengatakan jatah yang dimaksudkan berbeda dengan yang dipakai di Austria.
Namun, Badan Regulator Kesehatan Eropa (EMA) tidak menemukan bukti hubungan antar keduanya.
"Saat ini tidak ada indikasi bahwa kondisi yang disebutkan disebabkan oleh vaksinasi, karena [efek samping ini] tidak masuk dalam daftar efek samping berhubungan dengan vaksin," kata EMA.
"Manfaat dari vaksin terukur masih lebih tinggi dari risiko buruknya, dan vaksin tetap bisa diteruskan sementara penyelidikan kasus penggumpalan darah tetap dilanjutkan."
'Tidak ada indikasi pembekuan darah karena vaksinasi'
EMA mengatakan sejauh ini 30 kasus "penggumpalan darah" dilaporkan dari sekitar lima juta warga Eropa yang sudah mendapatkan vaksin AstraZeneca.
Dalam pernyataannya, AstraZeneca mengatakan belum ditemukan bukti adanya peningkatan penggumpalan darah dari data yang sudah dikumpulkan dari 10 juta kasus.
Bahkan ketika mereka melihat data dari sisi umur, jenis kelamin, jatah produksi, atau negara yang menggunakan.
"Faktanya, jumlah kejadian seperti ini jauh lebih sedikit pada orang yang divaksinasi dari kejadiannya dalam populasi keseluruhan," bunyi pernyataannya.
Perusahaan tersebut mengatakan "tidak ada kejadian buruk yang serius terkait vaksin ini" pekan ini.
Mereka mengatakan telah menghubungi pihak otoritas Austria dan bersedia mendukung proses penyelidikan.
Norwegia, Islandia, Estonia, Lithuania, Luxembourg dan Latvia sudah menghentikan sementara program vaksinasi saat penyelidikan dilakukan.
Thailand mengatakan proses vaksinasi akan ditunda, termasuk bagi Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan anggota Kabinetnya.
Australia tetap akan gunakan vaksin AstraZeneca
Ketika ditanya reaksinya ketika mendengar kabar dari Denmark, Norwegia, dan Islandia, PM Morrison mengaku tidak khawatir.
Wakil Perdana Menteri Michael McCormack juga meyakinkan warga Australia jika vaksin tersebut tetap aman untuk digunakan.
"Kita tetap akan menggunakan vaksin ini, tetap melanjutkan vaksinasi, dan warga Australia harus yakin TGA, yang memiliki standar dunia, mengatakan [vaksin ini] baik-baik saja," katanya.
Vaksin AstraZeneca telah mendapatkan izin pemakaian di Australia bulan lalu.
Sebagian besar dosisnya akan diproduksi di Melbourne oleh perusahaan bioteknologi CSI.
Dalam pernyataannya, Wakil Petugas Kesehatan Paul Kelly mengatakan hingga kini tidak ada bukti bahwa vaksin tersebut menyebabkan pembekuan darah.
"Keselamatan adalah prioritas utama kami dan vaksinasi skala besar seperti ini harus dimonitor secara hati-hati seandainya ada kejadian tidak biasa, sehingga bisa ditemukan," katanya.
Ia mengatakan timnya sudah berbicara dengan EMA semalam.
"Karena hubungan kerja sama yang dekat dengan otoritas Eropa, TGA adalah salah satu badan pemeriksa non-Eropa pertama yang secara rutin menerima pemberitahuan awal jika ditemukan kejadian serius terkait vaksin COVID-19," ujar Profesor Kelly.
Diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini dan ini
Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia