REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Bulog indramayu telah memulai penyerapan pada Maret 2021. Namun, hanya beras yang sesuai kriteria Permendag 24/2020 yang bisa diserap.
Wakil Pemimpin Bulog Cabang Indramayu, Tirta Duwinta, menjelaskan, ada dua target penyerapan. Yakni, target berkala pada Maret – Juli 2021 sebanyak 2.814 ton setara beras. Sedangkan target penyerapan selama setahun, totalnya ada sekitar 35 ribu ton setara beras.
"Untuk target penyerapan berkala ini sudah kita mulai pada Rabu (10/3)," ujar Tirta didampingi Kasi Pengadaan Bulog Indramayu, Nanang Setiawan, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (12/3).
Tirta menjelaskan, target berkala itu dilakukan untuk penyerapan pada masa panen yang mulai berlangsung saat ini. Dari target penyerapan berkala sebanyak 2.814 ton, saat ini sudah terealisasi sekitar 200 ton setara beras.
Tirta mengatakan, penyerapan pun dilakukan secara bertahap. Pasalnya, Bulog harus mengecek kualitasnya terlebih dulu agar sesuai Permendag 24/2020.
"Kami hanya bisa menyerap dengan kualitas sesuai Permendag," tukas Tirta.
Di antaranya, menyangkut kadar air paling tinggi 25 persen dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 10 persen untuk gabah kering panen (GKP). Untuk gabah kering giling (GKG), kriteria kualitas kadar airnya paling tinggi 14 persen dan kadar hampa/kotoran paling tinggi tiga persen.
Sedangkan untuk beras, kualitas kadar airnya paling tinggi 14 persen, butir patah paling tinggi 20 persen, kadar menir paling tinggi dua persen dan derajat sosoh paling sedikit 95 persen.
Selain kriteria itu, lanjut Tirta, Bulog juga menerapkan persyaratan lain yakni PH beras yang mencapai 6,2 - 7,1. Kondisi PH beras itu dinilai penting karena beras yang diserap akan disimpan di gudang dalam waktu yang cukup lama.
"Stok tahun-tahun sebelumnya juga masih ada yang tersisa di gudang-gudang Bulog Indramayu," kata Tirta.
Tirta menyatakan, pihaknya hanya bisa melakukan penyerapan sesuai kriteria tersebut. Penyerapan dilakukan dengan harga sesuai harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 4.200 per kg untuk GKP di tingkat petani, Rp 5.250 per kg untuk gabah kering giing (GKG) di penggilingan dan Rp 8.300 per kg untuk beras di gudang Perum Bulog.
Seperti diketahui, sejumlah areal pertanian di Kabupaten Indramayu mengalami penurunan kualitas maupun harga gabah yang dipanen. Pasalnya, waktu panen berlangsung di musim hujan.
Kondisi itu seperti yang terlihat di Kecamatan Gantar. Dari tujuh desa di kecamatan itu, sudah ada lima desa yang mulai panen. Yakni, Desa Gantar, Bantarwaru, Mekarwaru, Sanca dan sebagian Mekarjaya.
Koordinator Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Gantar, Dedi Setiadi, menyebutkan, berdasarkan hasil ubinan, produksi gabah saat ini rata-rata di kisaran 7,5 ton. Padahal, potensinya bisa mencapai sembilan ton per hektare.
"Produksinya memang lagi turun," ujar Dedi.
Dedi menjelaskan, penurunan produksi itu disebabkan kualitas gabah yang kurang bagus. Kondisi itu dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi saat masa panen.
Menurut Dedi, kurangnya kuallitas gabah akhirnya berdampak pada anjloknya harga gabah. Dia menyebutkan, harga gabah di tingkat petani saat ini di kisaran Rp 3.700 per kg – Rp 3.800 per kg.
Terpisah, Pimpinan Bulog Cabang Indramayu, Dadan Irawan, mengaku akan segera mengecek ke lokasi dimana harga gabah dilaporkan anjlok.
"Apabila spesifikasi gabahnya sesuai standar Permendag, kami langsung serap gabah petani tersebut," tutup Dadan dalam pesan singkatnya kepada Republika.