Ahad 14 Mar 2021 17:15 WIB

Adaro: Limbah FABA Berdampak Positif Bagi Lingkungan

Dari hasil studi, FABA sangat berfungsi untuk penetral air asam di wilayah tambang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. ilustrasi
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk menyambut baik kebijakan Presiden Joko Widodo yang mencabut limbah Fly Ash Bottom Ash (FABA) dari limbah B3. Sebab, selama ini kajian yang dilakukan Adaro, limbah FABA ini tidak memenuhi unsur kriteria limbah beracun.

Head Of Cooporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira menjelaskan, selama ini FABA dikategorikan limbah beracun. Padahal, kajian yang dilakukan Adaro dengan menggandeng LAPI dan ITB, hasilnya tidak memenuhi kategori limbah B3.

Baca Juga

"Adaro telah melakukan serangkaian uji laboratorium dengan melibatkan LAPI ITB dan didapatkan hasilnya tidak memenuhi persyaratan sebagai limbah B3," ujar Ira kepada Republika.co.id, Ahad (14/3).

Disatu sisi, kata Ira dari hasil studi yang ada FABA sangat berfungsi untuk penetral air asam di wilayah tambang. Dengan ditempatkan FABA di disposal batuan penutup, maka timbulan air asam tambang dapat dicegah.

"Saat ini telah terlihat bahwa dengan uji laboratorium yang mirip dengan situasi yang ada di lapangan ternyata pemanfaatan FABA dapat menetralkan air asam tambang. Saat ini Adaro sedang berproses untuk mendapatkan izin pemanfaatan FABA sebagai media penetral air asam tambang melalui kerja sama dengan LAPI ITB," ujar Ira.

Secara terbatas juga, Ira menjelaskan, Adaro sudah melakukan uji coba selain di laboratorium juga di wilayah sekitar tambang Adaro. "Dapat disimpulkan, pemanfaatan FABA di tambangnya Adaro yang lokasinya berdekatan sangat memberikan dampak positif bagi lingkungan hidup," tambah Ira.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement