REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan tidak ada pandemi yang berakhir dalam kurun waktu setahun. Studi ilmiah, kata dia, menunjukan pandemi sedikitnya dapat berlangsung lima sampai 10 tahun.
Menanggapi itu, pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memiliki pandangan berbeda. Berdasarkan pengalamannya, pandemi bisa saja lebih singkat dari itu.
"Pengalaman saya selama 20 tahun ada pandemi yang selesai sampai 14 bulan hingga 19 bulan yaitu seperti pandemi SARS dan pandemi swine flu (flu babi). Kalau untuk pandemi Covid-19 ini perkiraan saya selesai tiga sampai empat tahun dan nantinya akan menjadi endemik," katanya saat dihubungi Republika, Senin (15/3).
Kemudian, ia melanjutkan tantangan saat ini tidak hanya virus Covid-19 tetapi ada strain baru yang muncul di Indonesia. Sehingga pemerintah memang harus mengendalikan 3T dan 5M. Ia mengaku sudah berulang kali mengingatkan pemerintah Indonesia agar selalu meningkatkan 3T.
"Ini saya terus ingatkan tingkatkan 3T biar gelombang kami semakin menurun setiap hari, belum sekarang ada strain baru. Untuk pandemi ini harus gerak cepat, kalau ingin virus ini berakhir. Dua tahun ini gelombang kasus akan naik dan turun. Tetapi untuk tahun selanjutnya akan rendah," kata dia.
Namun, kata dia, hal ini tergantung usaha pemerintah untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Kalau masih saja tidak bergerak cepat untuk terus lakukan 3T dan 5M, kasus semakin naik dan banyak kematian.
"Ini tergantung pemerintahnya strateginya seperti apa. Benua Austaralia, Eropa, Amerika dan Asia Timur saat ini terkendali. Sehingga mereka akan duluan selesai pandeminya. Indonesia jangan mau kalah harus miliki pergerakan yang cepat," kata dia.
Pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin soal masa pandemi diungkapkan dalam webinar Kagama bertajuk 'Aku Siap Divaksin', Ahad (14/3) kemarin.
"Karena pandemi tidak ada yang selesai setahun. Selesai pasti lima sampai 10 tahun, secara ilmiah. Jadi tolong taati protokol kesehatan," kata dia di acara tersebut.
Kemudian, ia melanjutkan belajar dari pandemi-pandemi sebelumnya, seperti Black Death (Wabah Hitam) di Eropa tahun 1300 yang menyebabkan 100 juta orang meninggal dunia, cara mengatasi pandemi tetap sama. Yaitu mengurangi laju penularan dari virus-virus tersebut. Kalau yang ditulari jumlahnya di atas kemampuan fasilitas kesehatan di situ terjadi bencana.
"Tapi kalau yang ditulari masih di bawah kemampuan fasilitas kesehatan kita melayaninya, umumnya pandemi ini fatality-nya tidak setinggi yang dibayangkan. Jadi orang yang terkena seharusnya sembuh," kata dia.