REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Cipta Kerja, Airlangga Hartarto, menyatakan, Program Kartu Prakerja ikut mengakselerasi inklusi keuangan. Sebab program tersebut membuka akses kepada 25 persen penerima Kartu Prakerja yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank maupun e-wallet.
“Program ini juga memicu kebiasaan belajar baru yang sangat dibutuhkan pada era 4.0, yaitu secara daring dan mandiri. Dengan kata lain, Program Kartu Prakerja mendorong perluasan literasi digital masyarakat,” tutur Airlangga di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (17/3).
Selain itu, Airlangga, program Kartu Prakerja mendorong kewirausahaan. Mulai dari memulai bisnis, mengatur keuangan, membuat produk, memasarkan dan menjual produk, sampai dengan bagaimana membentuk badan usaha.
“Para wirausaha alumni program Kartu Prakerja juga akan difasilitasi untuk mendapatkan modal usaha. Hal itu melalui skema pembiayaan yang mudah dan murah melalui sinergi antara program Kartu Prakerja dengan program KUR Super Mikro,” tuturnya.
Survei Angkatan Kerja Nasional BPS Agustus 2020 menunjukkan, Program Kartu Prakerja berhasil menjalankan misi gandanya sebagai program semi-bantuan sosial. Data mencatat sebanyak 88,9 persen Penerima Kartu Prakerja menyatakan keterampilan kerja mereka meningkat, dan 81,2 persen menggunakan insentif yang diterima untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Survei evaluasi yang dilakukan Manajeman Pelaksana Program Kartu Prakerja dengan responden lebih dari 4 juta orang menemukan, sebanyak 62 persen penerima Kartu Prakerja belum pernah menerima pelatihan atau kursus dalam bentuk apapun. Selain dana pelatihan sebesar Rp 1 juta per orang, insentif senilai masing-masing Rp 600 ribu yang diberikan empat kali dalam empat bulan juga dianggap sangat membantu kondisi penerima Kartu Prakerja dalam situasi ekonomi seperti ini.
Sebanyak 95 persen penerima Kartu Prakerja menggunakan dana insentif untuk pembelian bahan pangan, 75 persen untuk kebutuhan listrik dan air, serta 71 persen untuk tambahan modal usaha. "Ini fakta yang sangat menggembirakan," jelas dia.
Salah seorang penerima Kartu Prakerja, Stevenly Rio Loginsi, awalnya berprofesi sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan swasta di Manado, Sulawesi Utara. Setelah kehilangan pekerjaan akibat pandemi, Rio diterima di Gelombang 3 Kartu Prakerja dan mengikuti pelatihan desain serta bagaimana memasarkan produk melalui media sosial.
Lewat keterampilan barunya, Rio kembali bekerja dan kini menjadi supervisor di sebuah perusahaan operator telepon seluler. “Dengan berbagai pelatihan di Program Kartu Prakerja, saya terus mengasah keterampilan diri dengan memanfaatkan dana yang tersedia. Insentif bulanan juga sangat berarti bagi kehidupan keluarga saya,” ujar dia.