Kamis 18 Mar 2021 02:13 WIB

Kartu Prakerja Ikut Akselerasi Inklusi Keuangan

Sebagian penerima Kartu Prakerja sebelumnya tak miliki rekening bank.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) menyampaikan paparannya di hadapan sejumlah peserta Kartu Prakerja di Jakarta, Selasa (15/12/2020). Setelah membuka 11 gelombang pendaftaran Kartu Prakerja dengan 5,9 juta peserta dan total anggaran Rp20 triliun, pemerintah memastikan program Kartu Prakerja berlanjut pada 2021 dengan syarat penerima manfaat pada 2020 tidak bisa lagi ikut serta.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) menyampaikan paparannya di hadapan sejumlah peserta Kartu Prakerja di Jakarta, Selasa (15/12/2020). Setelah membuka 11 gelombang pendaftaran Kartu Prakerja dengan 5,9 juta peserta dan total anggaran Rp20 triliun, pemerintah memastikan program Kartu Prakerja berlanjut pada 2021 dengan syarat penerima manfaat pada 2020 tidak bisa lagi ikut serta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Cipta Kerja, Airlangga Hartarto, menyatakan, Program Kartu Prakerja ikut mengakselerasi inklusi keuangan. Sebab program tersebut membuka akses kepada 25 persen penerima Kartu Prakerja yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank maupun e-wallet.

“Program ini juga memicu kebiasaan belajar baru yang sangat dibutuhkan pada era 4.0, yaitu secara daring dan mandiri. Dengan kata lain, Program Kartu Prakerja mendorong perluasan literasi digital masyarakat,” tutur Airlangga di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (17/3).

Baca Juga

Selain itu, Airlangga, program Kartu Prakerja mendorong kewirausahaan. Mulai dari memulai bisnis, mengatur keuangan, membuat produk, memasarkan dan menjual produk, sampai dengan bagaimana membentuk badan usaha.

“Para wirausaha alumni program Kartu Prakerja juga akan difasilitasi untuk mendapatkan modal usaha. Hal itu melalui skema pembiayaan yang mudah dan murah melalui sinergi antara program Kartu Prakerja dengan program KUR Super Mikro,” tuturnya.

Survei Angkatan Kerja Nasional BPS Agustus 2020 menunjukkan, Program Kartu Prakerja berhasil menjalankan misi gandanya sebagai program semi-bantuan sosial. Data mencatat sebanyak 88,9 persen Penerima Kartu Prakerja menyatakan keterampilan kerja mereka meningkat, dan 81,2 persen menggunakan insentif yang diterima untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Survei evaluasi yang dilakukan Manajeman Pelaksana Program Kartu Prakerja dengan responden lebih dari 4 juta orang menemukan, sebanyak 62 persen penerima Kartu Prakerja belum pernah menerima pelatihan atau kursus dalam bentuk apapun. Selain dana pelatihan sebesar Rp 1 juta per orang, insentif senilai masing-masing Rp 600 ribu yang diberikan empat kali dalam empat bulan juga dianggap sangat membantu kondisi penerima Kartu Prakerja dalam situasi ekonomi seperti ini.

Sebanyak 95 persen penerima Kartu Prakerja menggunakan dana insentif untuk pembelian bahan pangan, 75 persen untuk kebutuhan listrik dan air, serta 71 persen untuk tambahan modal usaha. "Ini fakta yang sangat menggembirakan," jelas dia.

Salah seorang penerima Kartu Prakerja, Stevenly Rio Loginsi, awalnya berprofesi sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan swasta di Manado, Sulawesi Utara. Setelah kehilangan pekerjaan akibat pandemi, Rio diterima di Gelombang 3 Kartu Prakerja dan mengikuti pelatihan desain serta bagaimana memasarkan produk melalui media sosial.

Lewat keterampilan barunya, Rio kembali bekerja dan kini menjadi supervisor di sebuah perusahaan operator telepon seluler. “Dengan berbagai pelatihan di Program Kartu Prakerja, saya terus mengasah keterampilan diri dengan memanfaatkan dana yang tersedia. Insentif bulanan juga sangat berarti bagi kehidupan keluarga saya,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement