REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan rencana Uni Eropa menyumbangkan vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin telah dibekukan. Hal itu tidak akan dilakukan hingga Perhimpunan Benua Biru memiliki stok vaksin yang memadai.
Dalam sebuah wawancara dengan Germany's Funke Media Group pada Ahad (21/3), von der Leyen menyebut negara-negara Eropa masih menghadapi masalah dalam memperoleh vaksin untuk mereka sendiri. Situasi tersebut tak lepas dari faktor produksi dan pengiriman.
Dia mengatakan rencana inisiatif Uni Eropa mendonasikan vaksin Covid-19 secara langsung ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak akan dimulai. Kecuali mereka sudah bisa mengatasi masalah stok atau ketersediaan vaksin.
Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negara-negara Uni Eropa dapat menyumbangkan sekitar lima persen vaksin yang mereka terima dari produsen ke negara-negara Afrika. Hal itu guna membantu proses vaksinasi dokter dan petugas kesehatan di wilayah tersebut.
Sejauh ini Uni Eropa telah memesan hampir 2,6 miliar dosis vaksin dari produsen vaksin Covid-19 terkemuka. Namun hingga pertengahan Maret, hanya sekitar 70 juta dosis vaksin yang dikirimkan ke semua 27 negara anggota Uni Eropa.
Terlepas dari tujuan mereka memvaksinasi 70 persen populasi orang dewasa pada akhir musim panas, negara-negara Uni Eropa secara signifikan tertinggal dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel dalam cakupan vaksinasi Covid-19. Negara-negara Uni Eropa sejauh ini telah memberikan 56 juta dosis atau setara dengan 6,3 dosis untuk setiap 100 orang di benua tersebut.
Tahun lalu, Komisi Eropa diamanatkan oleh negara-negara anggota untuk mengatur pengadaan bersama vaksin. Namun dalam beberapa pekan terakhir, mereka menuai kecaman karena dinilai terlalu lambat dalam mengamankan kesepakatan vaksin.