REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Junta militer Myanmar membebaskan ratusan demonstran yang ditangkap dan ditahan. Sejumlah bus yang membawa para narapidana keluar dari penjara Insein di Yangon pada Rabu (24/3) pagi.
Tidak ada informasi dari pihak berwenang terkait jumlah pasti tahanan yang dibebaskan. Seorang juru bicara militer tidak bisa dihubungi untuk konfirmasi.
“Semua yang dibebaskan adalah mereka yang ditangkap karena protes, serta penangkapan malam atau mereka yang keluar untuk membeli sesuatu,” kata seorang anggota kelompok penasihat hukum yang mengatakan melihat sekitar 15 bus keluar dari penjara di Yangon.
Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, setidaknya 2.000 orang telah ditangkap dalam aksi protes sejak kudeta pada 1 Februari. Sebagian besar bisnis di Yangon tutup dan hanya sedikit kendaraan yang melintas di kota besar tersebut.
Junta menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta yang menghentikan transisi Myanmar menuju demokrasi. Mereka juga dikecam karena melakukan kekerasan kepada pengunjuk rasa.
Militer Myanmar mengambilalih pemerintahan sipil karena menduga ada kecurangan dalam pemilu pada 8 November lalu. Pemilu tersebut dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Militer menahan Suu Kyi dan tokoh politik lainnya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyerukan kecaman atas kekerasan yang dilakukan oleh militer terhadap warga sipil. Menurutnya tanggapan internasional yang tegas sangat dibutuhkan untuk meredam situasi di Myanmar yang semakin memanas. Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi kepada jenderal militer Myanmar.
Pihak berwenang India melaporkan, lebih dari 1000 orang Myanmar telah menyeberang ke negara bagian Mizoram, India sejak akhir Februari. Anggota parlemen dari Mizoram, K. Vanlalvena mengatakan, jumlah pengungsi Myanmar yang datang ke India kemungkinan akan meningkat.
Dia meminta pihak berwenang di negara bagian timur laut dapat mendorong otoritas federal untuk membantu membangun kamp pengungsi di dekat perbatasan. “Kalau tidak, semua pengungsi akan terpencar di mana-mana di India,” ujar Vanlalvena.