REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin menceritakan tentang budak yang suka mengadu domba. Diceritakan, seseorang akan menjual budak dan menyampaikan kepada pembelinya, "Budak ini tidak mempunyai satu aib pun, hanya saja Ia suka mengadu domba". Maka si pembeli berkata, "Tidak menjadi soal bagiku."
Setelah beberapa hari budak itu berada di rumah pembeli ia menghampiri tuannya majikan wanita seraya berkata, "Sebenarnya tuanku tidak mencintaimu. Meskipun begitu ia tetap ingin menikahimu. Jika engkau menghendaki, saya bisa membujuknya agar ia tidak menceraikanmu, lalu ambillah pisau untuk mencukur rambutnya tatkala ia tidur. Hal ini bisa menyihir sehingga ia senantiasa mencintaimu".
Lalu budak itu berkata kepada tuannya (majikan laki-laki), "Istri tuan berkomplot dengan seseorang dan ingin membunuh tuan selagi tuan sedang tidur." Maka sang tuan pura-pura tidur lalu sang istri menghampirinya pelan-pelan sambil membawa pisau.
Mengira istrinya benar-benar akan membunuhnya. Maka ia segera bangkit dan membunuh istrinya. Keluarga sang istri mendatanginya, lalu membunuhnya, maka permusuhan melebar antara keluarga suami dan istri.
"Begitulah dahsyatnya pengaruh lisan yang mengadu domba," kata Abdillah Firmanzah Hasan dalam bukunya Ensiklopedia Amalan Nabi SAW Kematian, Ahlakul Karimah, Dzikir dan Doa.
Abdillah mengatakan adu domba dampaknya bisa merusak persahabatan, menceraikan ikatan keluarga, dan menghancurkan bangsa. Sebagai Muslim, menghindari menghindari adu domba adalah kewajiban mutlak.
"Selain itu perlu penyaringan setiap informasi yang kita dengar dan dengan teliti agar tidak terjebak dengan berita yang tidak benar," katanya.
Pelaku adu domba diancam dengan azab kubur sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas RA yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diazab. Dan keduanya bukanlah diazab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedangkan yang kedua, berjalan kesana-kemari menyebarkan namina (adu domba). (HR Ibnu Majah).