REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Regulator Inggris pada Kamis (1/4) waktu setempat mengatakan telah mengidentifikasi 30 kasus peristiwa pembekuan darah langka setelah divaksin Covid-19 AstraZeneca. Laporan terbaru ini adalah 25 kasus lebih banyak dari yang dilaporkan sebelumnya oleh regulator.
Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) mengatakan, tidak menerima laporan peristiwa pembekuan setelah penggunaan vaksin yang dibuat oleh BioNTech SE dan Pfizer Inc. Pada Jumat (2/4), regulator obat mengatakan kepada Financial Times dan Guardian, bahwa tujuh penerima vaksin AstraZeneca telah meninggal setelah mendaftarkan kejadian pembekuan darah yang langka.
Reuters tidak dapat segera mengonfirmasi angka dari MHRA setelah jam kerja. MHRA, Badan Obat Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia, telah menegaskan kembali bahwa manfaat vaksin dalam pencegahan Covid-19 jauh lebih besar daripada kemungkinan risiko pembekuan darah.
Beberapa negara membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca, namun banyak juga negara yang telah melanjutkan inokulasi. Sebab penyelidikan terhadap laporan pembekuan darah yang jarang terjadi, dan terkadang parah, terus berlanjut.
Pada 18 Maret, regulator obat Inggris mengatakan, bahwa ada lima kasus pembekuan darah otak yang langka di antara 11 juta suntikan yang diberikan dari AStraZeneca. Pada Kamis, itu menghitung 22 laporan trombosis sinus vena serebral, penyakit pembekuan otak yang sangat langka, dan 8 laporan peristiwa pembekuan lainnya yang terkait dengan trombosit darah rendah dari total 18,1 juta dosis yang diberikan.